
Sepak Terjang Taipan Hui Ka Yan & Utang Rp 4.000 T Evergrande

Bos Evergrande, Hui Ka Yan, berbaur dengan para 'penguasa' China pada perayaan 100 tahun Partai Komunis China 1 Juli lalu, sebuah undangan yang dianggap banyak orang sebagai bentuk dukungan bagi pengusaha miliarder itu.
Hui Ka Yan tampak berseri-seri dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa perusahaannya sedang tertekan untuk membayar utang yang nilainya kira-kita sebesar gabungan PDB Vietnam dan Kamboja itu.
Hui merupakan mantan teknisi baja yang saat ini berusia 62 tahun lahir di Henan, provinsi bagian barat China, dibesarkan oleh neneknya di pedesaan, Hui kemudian mendirikan Evergrande pada tahun 1996 di kota Guangzhou dan perlahan mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya yang ditopang dari penjualan rumah dengan harga murah.
Di bawah kendalinya, pengembang properti tersebut berekspansi secara agresif dengan menambah pinjaman agar dapat membeli tanah dan menjual rumah dengan margin lebih rendah agar perputaran semakin cepat.
Menurut estimasi Majalah Forbes, pada tahun 2017 Hui adalah orang terkaya di Asia dengan nilai kekayaan bersih mencapai US$ 45,3 miliar (Rp 648 triliun). Saat ini kekayaan bersihnya diperkirakan 'hanya' tersisa US$ 11 miliar (Rp 157,3 triliun).
Dilaporkan Reuters, menurut pengakuan karyawan, Hui tidak suka menonjolkan diri di depan publik (low profile) dan gila kerja, yang terkadang menuntut agar karyawan lain mengikuti gaya kerjanya.
Dia juga sering menetapkan target ambisius, ketika ditanya oleh investor dan wartawan dalam sepuluh tahun terakhir tentang proyek-proyeknya yang sebagian besar dibiayai dari utang, Hui mengatakan bahwa omset dan nilai aset Evergrande yang tinggi cukup untuk menutupi utang usaha.
Teman poker dan utang budi ke negara
Hui tidak takut akan ekspansi usaha baru, khususnya yang sejalan dan mendukung tujuan China yang lebih besar. Dia mencoba peruntungan di bisnis mobil listrik dan sepak bola, yang keduanya digemari oleh Presiden China Xi Jinping.
Di luar China daratan, Hui juga berbaur dengan para taipan Hong Kong termasuk mendiang pendiri New World Development, Cheng Yu Tung, dan mantan ketua Chinese Estates Holdings, Joseph Lau.
Bersama mereka, ia menjadi anggota inti dari "klub poker", lingkaran erat para taipan yang sering melakukan transaksi investasi bersama, diberitakan Reuters menurut tiga orang yang akrab dengan klub tersebut.
Cheng menyuntikkan US$ 150 juta atau setara Rp 2,15 triliun ke Evergrande setahun sebelum pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) tahun 2009 dilaksanakan di Bursa Hong Kong, membantunya melalui krisis keuangan global, berdasarkan prospektus Evergrande.
Chinese Estates juga secara terbuka telah berinvestasi selama bertahun-tahun sebesar miliaran dolar dalam kepemilikan saham dan obligasi Evergrande.
Bisnis Hui yang memiliki pengaruh besar mengkhawatirkan regulator yang telah memperingatkan Evergande untuk mengatur kondisi perusahaan.
Berbicara di China Charity Awards 2018 sebagai pemenang untuk tahun ke-8 berturut-turut, Hui mengatakan Evergrande telah membayar pajak sebesar 185 miliar yuan (Rp 408 triliun) dalam 22 tahun terakhir dan menyumbangkan lebih dari 10 miliar yuan (Rp 22,1 triliun).
"Tanpa kebijakan negara untuk mereformasi pendidikan tinggi, saya tidak bisa meninggalkan desa. Tanpa negara memberi saya beasiswa 14 yuan setiap bulan, saya tidak bisa menyelesaikan universitas," kata Hui yang merupakan alumnus Wuhan Institute of Iron and Steel yang sekarang bernama Wuhan University of Science and Technology.
"Tanpa kebijakan negara yang baik untuk melakukan reformasi, Evergrande tidak akan memiliki apa yang dimiliki saat ini. Oleh karena itu, semua yang saya dan Evergrande miliki, semuanya diberikan oleh Partai, oleh negara, dan oleh masyarakat."
[Gambas:Video CNBC]
