Mulai Bangkit, Saham-saham Properti Kompak di Zona Hijau

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 September 2021 09:59
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti melaju di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Kamis (23/9/2021), melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya.

Berikut penguatan saham properti, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.38 WIB.

  1. Andalan Sakti Primaindo (ASPI), saham +24,32%, ke Rp 92/saham

  2. Sentul City (BKSL), +3,23%, ke Rp 64/saham

  3. PP Properti (PPRO), +2,82%, ke Rp 73/saham

  4. Lippo Karawaci (LPKR), +1,32%, ke Rp 153/saham

  5. Alam Sutera Realty (ASRI), +1,18%, ke Rp 171/saham

  6. Pollux Properti Indonesia (POLL), +1,15%, ke Rp 2.630/saham

  7. Agung Podomoro Land (APLN), +0,79%, ke Rp 128/saham

  8. Lippo Cikarang (LPCK), +0,54%, ke Rp 925/saham

  9. Bumi Serpong Damai (BSDE), +0,51%, ke Rp 980/saham

Menurut daftar di atas, saham ASPI memimpin kenaikan dengan melesat 24,32%. Saham dengan nilai kapitalisasi pasar mini ini (Rp 66,13 miliar) sedari kemarin mengalami lonjakan tiba-tiba. Pada Rabu saham ASPI melejit hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 34,55%, setelah stagnan selama 4 hari.

Kedua, saham BKSL naik 3,23% ke Rp 64/saham dengan nilai transaksi Rp 2,11 miliar. Dalam sepekan saham BKSL masih turun 5,88%, sementara dalam sebulan melejit 18,52%.

Mengenai rapor keuangan, BKSL berhasil membalikkan kinerja dari sebelumnya rugi Rp 234,49 miliar menjadi laba Rp 294,46 miliar pada semester pertama tahun ini.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan, pendapatan BKSL naik 1.420 persen menjadi Rp 2,42 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 159,30 miliar.

Ketiga, saham anak usaha BUMN PPRO yang terapresiasi 2,82% ke Rp 73/saham. Di bawah PPRO, ada saham Grup Lippo LPKR yang naik 1,32% ke Rp 153/saham, usai naik 1,34% pada perdagangan kemarin.

Sementara, saham Grup Sinar Mas BSDE mencatatkan penguatan terkecil, 0,51% ke Rp 980/saham, melanjutkan kenaikan 2,09% pada perdagangan Rabu kemarin.

Sebelumnya, BSDE mencetak laba bersih sebesar Rp 680 miliar pada semester pertama tahun ini, berkebalikan dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang merugi Rp 192,68 miliar.

Sampai dengan 30 Juni 2021, emiten properti Grup Sinarmas ini mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 39% menjadi senilai Rp 3,25 triliun dari sebelumnya Rp2,33 triliun.

Selain ada sentimen negatif terkait potensi gagal bayar (default) raksasa properti China Evergrande, terdapat sejumlah sentimen positif bagi sektor properti akhir-akhir ini, mulai dari tanda mulai membaiknya kinerja emiten, semakin gencarnya vaksinasi masyarakat, bunga pinjaman yang ringan, dan pengembangan bidang infrastruktur yang terus berlanjut.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memperpanjang stimulus ekonomi dari pemerintah terhadap sektor properti seperti DP 0% (down payment). Diskon PPN 100% untuk sektor properti ini diberikan pemerintah untuk pembelian rumah tapak atau rusun baru yang sudah tersedia dan bukan inden dengan harga jual maksimal Rp 2 miliar. Serta diskon 50% untuk pembelian rumah tapak atau rusun baru dengan harga jual Rp 2 miliar - Rp 5 miliar.

Dalam riset terbarunya lembaga pemeringkat global Moody's menjelaskan, permintaan untuk properti residensial (tempat tinggal) Indonesia akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan penjualan para pengembang di tahun 2021 dan metrik kredit utama lain--meskipun akan tetap lebih lemah dan berada di bawah level pra-pandemi.

"Laju pertumbuhan pinjaman perumahan telah meningkat sejak awal 2021, didorong oleh pemulihan permintaan untuk properti residensial dan peningkatan pinjaman oleh bank," kata Jacintha Poh, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Liat Nih! Saham Properti Belum Lelah, Masih Ngegas Terus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular