Saham Bank Raksasa Diborong Asing, tapi Kalah sama Bank Mini?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 September 2021 12:35
Bank Harda Internasional  (bankbhi.co.id)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kemudian, BBCA yang telah mengumumkan akan melakukan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5. Hal ini dilakukan mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi dan pasar di dalam negeri, termasuk aktivitas perdagangan di BEI.

Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp 62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp 12,5.

Proses stock split akan mengikuti ketentuan yang berlaku dan membutuhkan persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 23 September 2021.

Setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham, BCA akan berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia untuk memproses stock split yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Oktober 2021.

Saham Bank Mini Banjir Sentimen

Sementara, pergerakan saham-saham bank mini diwarnai sentimen. Sebelumnya, setidaknya sejak awal tahun ini, para investor berspekulasi bahwa sejumlah saham bank mini akan diakuisisi oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.

Sejurus dengan itu, harga saham-saham bank bermodal 'cekak' itu turut melambung tinggi hingga beberapa kali Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi (penghentian perdagangan sementara) terhadap saham-saham tersebut.

Setelah sempat dalam fase 'bearish', saham bank sempat mencuat pascarilis Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 tahun 2021 mengenai Bank Umum pada 19 Agustus lalu, yang juga mengatur mengenai bank digital. Memang, selama sepekan terakhir seiring sentimen beleid bank digital mereda, saham bank mini kembali lesu.

Secara lebih rinci, kenaikan kelima saham bank mini tersebut banyak didorong oleh sentimen lainnya.

Saham BANK, misalnya, yang sempat diisukan akan 'dicaplok' induk e-commerce Shopee Sea Group--yang kemudian disangkal pihak Sea. Selain itu, saham BANK juga sempat mencuat seiring kabar kerja sama strategis bank dengan emiten ritel Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) serta perusahaan penyedia aplikasi telemedicine Halodoc pada awal Juli lalu.

Kemudian, kenaikan saham BBHI juga didorong oleh masuknya CT Corp ke saham perusahaan (sebelumnya bernama Bank Harda) dan lalu aksi penambahan modal lewat rights issue.

Seperti saham BBHI, saham BABP dan BINA pun juga didorong oleh aksi korporasi rights issue yang dilakukan perusahaan.

Terakhir, lonjakan saham BBYB akhir-akhir ini turut didorong didorong kabar perusahaan financial technology (fintech) PT Akulaku Silvrr Indonesia alias Akulaku--yang dibekingi raksasa e-commerce Alibaba--resmi menjadi pemegang saham pengendali perusahaan per akhir Juli lalu.

Sebelumnya, Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB, setelah mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut terungkap dalam rancangan pengambilalihan Bank Neo Commerce oleh Akulaku yang dipublikasikan pada Rabu (28/7) di situs resmi BBYB.

Pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan ini sehubungan dengan kepemilikan Akulaku atas 1.664.157.909 saham BBYB atau sekitar 24,98% BBYB sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran umum terbatas III (PUT III) atau rights issue.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular