Saham Bank Raksasa Diborong Asing, tapi Kalah sama Bank Mini?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
09 September 2021 12:35
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan masuknya investor asing ke bursa domestik, saham-saham perbankan raksasa atau bank BUKU IV (KBMI 4/modal inti lebih dari Rp 70 triliun) masuk ke daftar 10 besar saham yang paling banyak diborong asing secara year to date (ytd).

Kendati banyak dikoleksi investor asing sejak awal tahun, harga saham-saham bank gede tersebut tidak semoncer saham-saham bank mini atau bank buku II (KBMI 1 atau modal inti di bawah Rp 6 triliun).

Sebagai informasi, OJK tak lagi mengelompokkan bank berdasarkan BUKU (bank umum kelompok usaha), diganti dengan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI berdasarkan POJK nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum yang dirilis pada 19 Agustus 2021 dan diteken sejak 30 Juli 2021.

Berikut perbandingan kinerja saham bank KBMI 4 dan saham bank mini.

Kinerja 4 Saham Bank Besar secara Ytd

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

Net Buy Asing Ytd (Rp)

% Ytd

Market Cap (Rp)

Bank Rakyat Indonesia

BBRI

3710

3.4 T

-11.03

456.38 T

Bank Central Asia

BBCA

32450

2.2 T

-4.14

799.44 T

Bank Mandiri

BMRI

6200

1.6 T

-1.98

288.17 T

Bank Negara Indonesia

BBNI

5300

853.6 M

-14.17

98.84 T

Kinerja 5 Saham Bank Mini secara Ytd

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

Net Buy Asing Ytd (Rp)

% Ytd

Market Cap (Rp)

Bank Aladin Syariah

BANK*

3090

173.08 M

2900

40.98 T

Allo Bank Indonesia

BBHI

2260

7.99 M

946.07

26.52 T

Bank MNC Internasional

BABP

344

1.01 T

588

8.70 T

Bank Ina Perdana

BINA

4130

11.64 M

498.55

23.24 T

Bank Neo Commerce

BBYB

1345

295.33 M

351.01

10.08 T

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | *YTD BANK dihitung per tanggal IPO 1 Februari 2021 | Harga terakhir per 9 September 2021, pukul 10.35 WIB

Apabila menilik data di atas, di tengah banjirnya dana investor asing, saham-saham bank gede malah anjlok secara ytd. Saham bank BUMN BBRI, misalnya--yang menempati urutan kedua saham yang paling banyak diborong asing--mencatatkan net buy asing Rp 3,4 triliun.

Namun, saham BBRI ambles 11,03% secara ytd ke Rp 3.710/saham.

Selanjutnya, saham bank swasta Grup Djarum BBCA--yang memiliki nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa--membukukan beli bersih asing Rp 2,2 triliun sejak awal tahun. Saham BBCA pun melemah 4,14% ke Rp 32.450/saham.

Begitu pula dengan bank pelat merah lainnya, BMRI dan BBNI, yang masing-masing mencatatkan net buy asing Rp 1,6 triliun dan Rp 853,6 miliar. Kinerja sahamnya pun negatif: saham BMRI terkoreksi 1,98% dan saham BBNI ambles 14,17%.

Hal ini kontras dengan kinerja saham-saham bank mini yang 'gila-gilaan' secara year to date. Dari 5 besar saham bank mini dengan kenaikan tertinggi di atas, semuanya juga mencatatkan beli bersih asing.

Saham BANK, yang melakukan debut di bursa pada 1 Februari 2021 di harga Rp 103/saham, menjadi yang paling fenomenal dengan meroket 2.900% ke Rp 3.090/saham dengan net buy asing Rp 172,08 miliar.

Kemudian, saham bank CT Corp milik taipan Chairul Tanjung BBHI yang melambung 946,07% ke Rp 2.260/saham secara ytd dengan beli bersih asing Rp 7,99 miliar. Saham bank Grup MNC BABP juga melejit 588% secara ytd ke Rp 344/saham dengan net buy asing mencapai Rp 1,01 triliun.

Perbedaan kinerja saham-saham bank besar di atas dibandingkan dengan bank mini bisa disebabkan oleh sedikitnya 2 alasan utama. Pertama, nilai kapitalisasi pasar (market cap) bank BUKU IV di atas sangatlah jumbo alias termasuk big cap sehingga harga saham tidak mudah untuk 'dinaikkan' atau 'diturunkan', lantaran banyak pemegang saham besar yang memegang saham-saham tersebut.

Ini tentu berbanding terbalik dengan saham-saham bank mini yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang cenderung jauh lebih kecil. Saham BANK, misalnya, memiliki market cap Rp 40,98 triliun. Lalu saham BBHI punya market cap Rp 26,52 triliun. Bahkan, saham BABP lebih kecil lagi, yakni dengan market cap Rp 8,70 triliun.

Kedua, sentimen pasar untuk bank-bank besar terbilang kurang semarak dibandingkan saham-saham bank mini.

Memang, sejumlah bank besar akan melakukan aksi korporasi yang penting tahun ini, tetapi tampaknya hal tersebut masih belum mampu membuat para investor segera berbondong-bondong mengoleksi saham-saham tersebut.

Ambil contoh, BBRI yang akan melakukan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue sebagai bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2021.

Prospektus rights issue menyebutkan, setiap pemegang satu miliar saham lama BBRI berhak untuk mendapat 230.128.553 HMETD yang dapat ditukarkan menjadi 1 saham BBRI di harga Rp 3.400/unit.

Perkiraan dana tunai yang dapat dihasilkan dari rights issue ini maksimal bernilai sekitar Rp 41,15 triliun, apabila seluruh pemegang saham mengeksekusi hak sesuai porsi yang dimiliki.

Kemudian, BBCA yang telah mengumumkan akan melakukan pemecahan nilai saham (stock split) dengan rasio 1:5. Hal ini dilakukan mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi dan pasar di dalam negeri, termasuk aktivitas perdagangan di BEI.

Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp 62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp 12,5.

Proses stock split akan mengikuti ketentuan yang berlaku dan membutuhkan persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 23 September 2021.

Setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham, BCA akan berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia untuk memproses stock split yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Oktober 2021.

Saham Bank Mini Banjir Sentimen

Sementara, pergerakan saham-saham bank mini diwarnai sentimen. Sebelumnya, setidaknya sejak awal tahun ini, para investor berspekulasi bahwa sejumlah saham bank mini akan diakuisisi oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.

Sejurus dengan itu, harga saham-saham bank bermodal 'cekak' itu turut melambung tinggi hingga beberapa kali Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi (penghentian perdagangan sementara) terhadap saham-saham tersebut.

Setelah sempat dalam fase 'bearish', saham bank sempat mencuat pascarilis Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 tahun 2021 mengenai Bank Umum pada 19 Agustus lalu, yang juga mengatur mengenai bank digital. Memang, selama sepekan terakhir seiring sentimen beleid bank digital mereda, saham bank mini kembali lesu.

Secara lebih rinci, kenaikan kelima saham bank mini tersebut banyak didorong oleh sentimen lainnya.

Saham BANK, misalnya, yang sempat diisukan akan 'dicaplok' induk e-commerce Shopee Sea Group--yang kemudian disangkal pihak Sea. Selain itu, saham BANK juga sempat mencuat seiring kabar kerja sama strategis bank dengan emiten ritel Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) serta perusahaan penyedia aplikasi telemedicine Halodoc pada awal Juli lalu.

Kemudian, kenaikan saham BBHI juga didorong oleh masuknya CT Corp ke saham perusahaan (sebelumnya bernama Bank Harda) dan lalu aksi penambahan modal lewat rights issue.

Seperti saham BBHI, saham BABP dan BINA pun juga didorong oleh aksi korporasi rights issue yang dilakukan perusahaan.

Terakhir, lonjakan saham BBYB akhir-akhir ini turut didorong didorong kabar perusahaan financial technology (fintech) PT Akulaku Silvrr Indonesia alias Akulaku--yang dibekingi raksasa e-commerce Alibaba--resmi menjadi pemegang saham pengendali perusahaan per akhir Juli lalu.

Sebelumnya, Akulaku resmi menjadi pemegang saham pengendali BBYB, setelah mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal tersebut terungkap dalam rancangan pengambilalihan Bank Neo Commerce oleh Akulaku yang dipublikasikan pada Rabu (28/7) di situs resmi BBYB.

Pengumuman ringkasan rancangan pengambilalihan ini sehubungan dengan kepemilikan Akulaku atas 1.664.157.909 saham BBYB atau sekitar 24,98% BBYB sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran umum terbatas III (PUT III) atau rights issue.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular