Analisis

2 Faktor Ini Akan Tentukan Nasib Rupiah di Bulan September

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 01/09/2021 17:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu mencatat penguatan 1,35% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang bulan Agustus. Padahal, Mata Uang Garuda cukup terbebani lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di dalam negeri, dan isu tapering dari luar negeri.

Meski demikian, penguatan mayoritas penguatan rupiah, yakni 1,05% diraih dalam 2 hari perdagangan terakhir. Itu pun pasca simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu, yang membuat dolar AS terpuruk.

Saat itu ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan sepakat dengan mayoritas koleganya jika tapering "akan tepat dilakukan di tahun ini"


Meski demikian, pasar saham AS (Wall Street) justru menguat merespon penyataan tersebut, yang berarti direspon positif oleh pelaku pasar. Artinya, langkah The Fed untuk terus mengkomunikasikan tapering dengan pasar efektif meredam taper tantrum yang mungkin terjadi seperti di tahun 2013.

Selain itu, Powell juga menyatakan saat tapering selesai artinya sudah tidak ada lagi QE, hal tersebut bukan berarti langkah The Fed selanjutnya akan menaikkan suku bunga.

"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata Powell dalam pertemuan Jackson Hole.

Artinya, suku bunga kemungkinan masih akan ditahan di rekor terendah 0,25% dalam beberapa waktu ke depan setelah QE selesai. Hal tersebut lagi-lagi memberikan sentimen positif ke aset-aset berisiko, rupiah pun menjadi perkasa 2 hari terakhir.

Di bulan September, nasib rupiah akan ditentukan 2 faktor penting dari eksternal. Yang pertama tentu saja masalah tapering. The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (23/9/2021) dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar mengharapkan adanya lebih banyak detail kapan dan bagaimana tapering akan dilakukan.

Powell memang sudah menyebutkan tapering di tahun ini akan tepat, tetapi bulan apa akan dilakukan masih belum disebutkan. Spekulasi yang beredar, tapering baru akan dilakukan di bulan Desember.

Kemudian seberapa besar QE akan dikurangi juga belum diketahui. Saat ini QE The Fed nilainya US$ 120 miliar per bulan. Pada tahun 2013 lalu, saat The Fed di bawah pimpinan Ben Bernanke, tapering dilakukan dengan mengurangi QE sebesar US$ 10 miliar setiap bulannya.

Intinya, semakin cepat tapering dilakukan, maka rupiah berisiko terpuruk di September, tetapi jika benar baru dimulai Desember, Mata Uang Garuda bisa berjaya lagi.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Data Tenaga Kerja AS Jadi Kunci


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS

Pages