Makin Tajir! Cek 10 Saham Cuan Patrick Walujo & Glenn Sugita

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
03 August 2021 09:15
Kolase/Northstar Group/Aristya Rahadian
Foto: Patrik Walujo dan Glenn Sugita/Kolase/Northstar Group

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pengelola dana (private equity firm) milik Patrick Walujo dan Glenn Sugita, Grup Northstar, sudah lama dikenal sebagai salah satu investor institusi yang punya segudang portofolio yang moncer di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Situs resmi Northstar mencatat, sebelum mendirikan perusahaan ini pada 2003, Patrick yang juga menantu dari taipan TP Rachmat ini bekerja sebagai Senior VP of Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Lulusan Cornell University ini memulai karier di Goldman Sachs & Co dan bekerja di London dan Inggris.

Sementara Glenn Sugita sebelumnya menjabat Senior VP of PricewaterhouseCoopers Securities Indonesia. Lulusan Tennessee Technological University ini dulu bekerjaa sebagai Associate Director Bahana Securities.

Tahun lalu, Northstar berhasil menyuntikkan dana ke startup edukasi online Zenius, Northstar juga tercatat masuk bersama TPG (perusahaan private equity asal AS) ke perusahaan produsen susu Greenfields pada 2021.

Sepanjang tahun ini, sepak terjang Grup Northstar ternyata belum berhenti. Dengan lusinan portofolionya--di antaranya di bidang jasa ride-hailing, ritel, edukasi, pertambangan batu bara, hingga perbankan--baru-baru ini Northstar mencoba memasuki ceruk bisnis layanan kesehatan dengan menggenggam 4,9% saham emiten pengelola rumah sakit (RS) PT Bundamedik Tbk (BMHS).

Kepemilikan tersebut dilakukan melalui perusahaan investasi Akasya Investments Limited (AIL) lewat konversi obligasi menjadi saham perusahaan.

"Akasya itu adalah holding/entitas yang digunakan Northstar untuk investasi di BMHS," kata Gene Richard, VP Business Development Bundamedik kepada CNBC Indonesia, Senin (2/8/2021).

Berdasarkan prospektus penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang dirilis oleh perusahaan, investasi ini dilakukan dalam bentuk obligasi wajib konversi (OWK). Nilai total obligasi tersebut mencapai Rp 301 miliar dengan opsi konversi sebanyak 421.416.176 saham senilai Rp 143,28 miliar.

Lalu, bagaimana sebenarnya kinerja saham-saham yang menjadi portofolio Grup Northstar?

Saham apa yang menunjukkan kinerja yang ciamik?

Dalam tulisan ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara singkat kinerja 10 saham milik Grup Northstar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam sebulan terakhir dan secara year to date (ytd), mengacu harga per Senin (2/8).

Kinerja 10 Saham Portofolio Grup Northstar

No. 

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

% Sebulan

% Ytd

1

Bank Jago

ARTO

17,425

31.76

349.35

2

Bundamedik

BMHS*

1,020

200.00

-

3

Centratama Telekomunikasi Indonesia

CENT

324

37.29

128.17

4

Trimegah Sekuritas Indonesia

TRIM

177

48.74

88.30

5

BFI Finance Indonesia

BFIN

940

8.67

67.86

6

Bank BTPN

BTPN

2810

1.08

-9.65

7

Indoritel Makmur Internasional

DNET

3160

-1.86

-9.71

8

Delta Dunia Makmur

DOID

316

-4.82

-10.23

9

Asuransi Tugu Pratama Indonesia

TUGU

1480

-2.63

-20.86

10

Triputra Agro Persada

TAPG

680

-3.55

-

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) per 2 Agustus 2021 | *Kinerja sebulan BMHS berdasarkan tanggal IPO (6 Juli 2021)

Mengacu pada data di atas, saham ARTO mencatatkan kinerja yang luar biasa, yakni dengan 'terbang' 349,35% secara ytd.

Saham perbankan yang diakuisisi Patrick Walujo melalui PT Wealth Track Technology Limited dan bankir kawakan Jerry Ng cs via PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia pada 2019 ini memang fenomenal.

NEXT: Analisis Saham Bank Jago-BMHS cs!

Saham ARTO terus cenderung mendaki naik sejak akhir tahun lalu, hingga akhirnya menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada Kamis (29/7) pekan lalu di harga Rp 18.375/saham. Hal tersebut terjadi setelah saham yang melantai di bursa sejak 12 Januari 2016 ini mencatatkan reli kenaikan selama 6 hari beruntun.

Tidak hanya itu, nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham ARTO juga terus merangsek naik, hingga saat ini menempati posisi kelima saham big cap (saham dengan nilai market cap di atas Rp 100 triliun).

Praktis, dengan ini, saham ARTO berhasil 'mengangkangi' nilai market cap raksasa otomotif Tanah Air PT Astra International Tbk/ASII (Rp 195,13 triliun), raksasa barang konsumen PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 167,86 triliun).

Market cap saham ARTO juga berada di atas saham emiten teknologi Grup Emtek PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK (Rp 167,68 triliun) dan emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Petrochemical Tb/TPIA (Rp 165,85 triliun).

Kendati punya kinerja saham yang oke punya, kinerja fundamental Bank Jago masih tertekan. Bank Jago masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 47 miliar pada semester I-2021, turun 8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan rugi bersih Rp 50,91 miliar.

Di tengah rugi bersih, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423% menjadi Rp 139 miliar. Halini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289% pada semester I 2020 menjadi 129% pada semester I 2021.

Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1% menjadi 5% pada kurun yang sama.

Selanjutnya, saham pengelola RSIA Bunda Jakarta, BMHS, juga mencatatkan kinerja yang luar biasa sejak melantai di bursa pada 6 Juli lalu. Sejak IPO di harga Rp 340/saham, saham ini berhasil 'meroket' 200% ke harga Rp 1.020/saham.

Seperti lazimnya, saham 'pendatang baru' lainnya, saham BMHS sempat terkena 'demam' auto rejection atas (ARA) alias beberapa kali harganya mentok hingga batas ARA pada pekan-pekan awal IPO.

Pada 5 hari pertama sejak 'manggung', saham BMHS menyentuh ARA selama 4 hri beruntun. Menariknya, apabila saham IPO lainnya cenderung ambles hingga batas auto rejection bawah (ARB) 7%, saham BMHS tercatat belum pernah menembus ARB.

Terakhir, pada Senin (2/6) kemarin saham ini hampir menjebol ARB dengan anjlok 6,42%. Ini merupakan penurunan lebih dari 6% pertama BMHS sejak awal beraktivitas di bursa.

Seperti disebutkan di awal, Grup Northstar masuk dengan menggenggam 4,90% saham BMHS melalui AIL. Adapun AIL adalah perusahaan investasi yang berbasis di Hong Kong yang dimiliki 100% oleh Riverhill Finance Ltd. Perusahaan ini dipimpin oleh Sua Fong Cha dan Tan Choon Hong sebagai direktur.

Adapun, Sua Fong Cha juga merupakan direktur Clover Universal Enterprise Ltd., entitas investasi Northstaryang berinvestasi di saham emiten menara telekomunikasi PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT).

Saham CENT sendiri berhasil melonjak 37,29% dalam sebulan dan melesat 128,17% sejak awal tahun.

Menurut pemberitaan sebelumnya, Northstar memutuskan untuk perlahan keluar dari CENT, setelah perusahaan asal Singapura, EP ID Holdings Pte. Ltd alias Edge Point, menambah kepemilikan saham sebesar 33,0% menjadi 76,8% yang kemungkinan besar diambilalih dari Clover Universal Enterprise Ltd yang dikendalikan oleh Northstar Group.

Pada 8 Juli lalu, Clover memberitahu pihak BEI bahwa pihaknya telah menjual 10.290.543.417 saham atau setara 33,0% saham CENT dengan nilai Rp 198/saham. Praktis, porsi kepemilikan Clover di CENT menyusut menjadi 14,95% dari sebelumnya 47,95%.

Tidak semua saham Grup Northstar terbilang moncer. Ambil contoh, saham emiten tambang batu bara, DOID, malah tumbuh negatif 10,23% sejak awal tahun. Contoh lainnya, saham emiten asuransi yang juga dimiliki Grup BUMN Pertamina, TUGU, juga anjlok 20,86% secara year to date dan turn 2,63% dalam sebulan terakhir.

Sebagai informasi, Northstar Group adalah perusahaanprivate equity yang berkantor pusat di Singapura dan mengelola lebih dari US$ 2,2 miliar (Rp 31,68 triliun, asumsi Rp 14.400/US$) yang diinvestasikan di perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang di Indonesia dan sebagian kecil di negara-negara lain di Asia Tenggara.

Situs resmi Northstar menjelaskan, sejak didirikan pada 2003, Grup Northstar berinvestasi di lebih dari 35 perusahaan di sektor perbankan, asuransi, konsumen/ritel, manufaktur, minyak dan gas, layanan batu bara dan pertambangan, teknologi, telekomunikasi, dan sektor agribisnis.

Northstar Group sudah menginvestasikan lebih dari US$ 3,3 miliar (Rp 47,52 triliun) demi pengembangan bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Perusahaan ini didirikan oleh Patrick Walujo bersama Glenn Sugita. Patrick Sebelumnya adalah Wakil Presiden Senior di Pacific Century Ventures Ltd di Tokyo. Dia memulai kariernya di Goldman, Sachs & Co. dan bekerja di kantor London dan New York.

Selain di emiten yang disebutkan di atas, investasi mereka di Asia, di antaranya Gojek, ERA Real Estate, Zenius, Greenfields, Innovalues Pte Ltd (Malaysia, Thailand, China), Nera Telecommunication Ltd (Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara), dan Thai Credit Retail Bank.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular