Internasional

Goldman Sachs Sebut Dampak 'Ngeri' Covid Delta di RI-Malaysia

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
16 July 2021 13:35
Goldman Sachs
Foto: Goldman Sachs (REUTERS/Lucas Jackson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Infeksi Covid-19 yang mengalami lonjakan signifikan di beberapa ekonomi negara utama di kawasan Asia Tenggara menyebabkan Goldman Sachs, bank investasi berbasis di New York AS, memangkas perkiraan pertumbuhan 2021 untuk sebagian besar negara ASEAN, termasuk juga Indonesia.

Menurut Goldman Sachs, penyebaran varian Covid-19 Delta yang dianggap lebih menular telah mendorong kenaikan kasus baru Covid-19 harian ke rekor tertinggi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam beberapa pekan terakhir.

"Hal ini menyebabkan pemerintah melaksanakan pembatasan sosial yang lebih ketat di Indonesia dan Thailand, dan perpanjangan pembatasan sosial di Malaysia," tulis ekonom Goldman Sachs, dalam catatan risetnya, dikutip dari CNBC International, Jumat (16/7).

Para ekonom menambahkan, di Filipina, penyebaran virus corona yang semakin cepat dan parah membuat pelonggaran pembatasan sosial diperkirakan "agak tidak mungkin" dilakukan tahun ini.

Goldman Sachs, CNBCFoto: Goldman Sachs, CNBC
Goldman Sachs, CNBC

Para ekonom Goldman menilai, lonjakan penambahan kasus baru akibat varian baru virus Covid-19 yang lebih menakutkan dan pembatasan sosial yang makin ketat kemungkinan akan "membebani secara lebih signifikan" terhadap pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2021 dibandingkan dengan perkiraan awal.

Goldman memangkas perkiraan pertumbuhannya lebih dari 100 basis poin (BPS) untuk Indonesia, Malaysia dan Filipina. Pemotongan lebih kecil terjadi pada Singapura dan Thailand.

Kasus Baru

Sejak 1 Juni 2021 lalu, Pemerintah Malaysia melaksanakan "lockdown total" yang kemudian telah diperpanjang untuk batas waktu yang belum ditentukan karena cepatnya penyebaran virus menyebabkan penuhnya kapasitas sistem perawatan kesehatan Malaysia di beberapa wilayah.

Alasan yang sama juga membuat Pemerintah Indonesia menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang telah dimulai pada 3 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali.

Sebelumnya, penurunan ramalan terkait pertumbuhan ekonomi sudah datang dari berbagai lembaga baik itu dari dalam maupun luar negeri.

Dari dalam negeri, Sri Mulyani merevisi target pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 menjadi di kisaran 3,7% hingga 4,5% dari proyeksi semula yang berada di kisaran 4,3% hingga 5,3% dengan PPKM Darurat menjadi penyebab utama yang memicu perlambatan ekonomi.

Selain itu Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 3,8%, angka ini lebih rendah dari proyeksi BI sebelumnya pada kisaran 4,1% hingga 5,1%.

Sementara itu dari luar negeri Fitch Solution yang mengatakan prospek pertumbuhan Indonesia telah direvisi menjadi 4,4% pada tahun 2021, turun dari perkiraan sebelumnya 5,1%, mengingat wabah Covid-19 terbaru dan dampak negatifnya terhadap permintaan domestik.

NEXT: Vaksinasi yang Berjalan Lambat

Goldman menilai, peningkatan pesat dalam infeksi Covid-19 di seluruh Asia Tenggara telah terjadi karena lambatnya program vaksinasi di wilayah tersebut - kecuali Singapura - yang jauh tertinggal dari banyak negara seperti AS dan Inggris.

Singapura adalah salah satu negara dengan laju vaksinasi tertinggi di dunia, dengan lebih dari 41% populasinya telah memperoleh dua suntikan dan terlindungi secara penuh, menurut data terbaru yang dikumpulkan oleh portal statistik online Our World in Data.

Tetapi wilayah lainnya jauh lebih lambat: Malaysia baru memvaksinasi 12,4% populasinya secara penuh, sementara Indonesia lebih rendah lagi di angka 5,7%, akan tetapi sedikit lebih barik dari Thailand dan Filipina yang kurang dari 5% populasi mendapatkan dua dosis vaksin melawan Covid.

Singapura, yang memperketat langkah-langkah jarak sosial pada awal Mei, mulai melonggarkan pembatasan bulan lalu.

John Hopkins UniversityFoto: John Hopkins University
John Hopkins University

Ekonom Goldman memperkirakan bahwa Malaysia akan menjadi yang berikutnya untuk mengikuti langkah ini pada kuartal keempat, sementara ekonomi Asia Tenggara lainnya baru bisa mengejar dan melakukannya pada paruh pertama tahun 2022.

Goldman mengatakan pertumbuhan global yang lebih kuat akan sangat menguntungkan ekonomi yang memiliki orientasi perdagangan seperti Singapura dan Malaysia.

Malaysia, yang merupakan eksportir komoditas bersih, juga kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang lebih tinggi, kata ekonom bank investasi yang berdiri sejak 1869 itu.

Sementara itu, "eksposur yang lebih besar untuk sektor-sektor seperti pariwisata, eksposur yang lebih rendah terhadap perdagangan global, dan penyangga kebijakan yang terbatas, kemungkinan akan mendorong pertumbuhan berurutan lebih rendah di Indonesia dan Thailand.

Adapun untuk Filipina, "rebound pertumbuhan ekonomi tampaknya lebih tidak terdengar di sana daripada ekspektasi kami sebelumnya," tulis Goldman.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular