
Salim-Lippo Kepincut, Bisnis Data Center Diramal Tembus Rp9 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten penyedia layanan infrastruktur digital dan cloud (komputasi awan), PT Indointernet Tbk (EDGE), memperkirakan industri data center di Indonesia bisa tumbuh signifikan sampai dengan tahun 2025 dengan market size tembus US$ 618 juta atau setara dengan Rp 8,96 triliun (kurs 14.500).
Prospek itu disampaikan manajemen dalam paparan publik Indointernet atau Indonet, perusahaan digital yang dimiliki oleh pengusaha data center Otto Toto Sugiri dan kini sahamnya juga dipegang oleh investor Hong Kong, Digital Edge Ltd (DE) sebesar 59,1%.
Toto Sugiri juga memiliki perusahaan data center lainnya yakni PT Data Center Indonesia Tbk (DCII), saham paling fenomenal di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kenaikan mencapai 14.000 sejak mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI pada 6 Januari 2021.
Dengan potensi itu, manajemen EDGE menegaskan bahwa perseroan akan terus meningkatkan segmen bisnis data center hingga mencapai 50% dari total pendapatan perusahaan dan akan dilakukan secara bertahap.
Kontribusi segmen data center ini meningkat dari hanya 6,7% dari total pendapatan saat ini.
Berdasarkan dokumen paparan publik, yang dilaksanakan 28 Juni 2021, manajemen menyatakan saat ini Indonet memiliki 1 EDGE Data Center yang terletak di Kuningan Barat dan telah beroperasi sejak Januari 2021.
Setelah menyelesaikan pembangunan Fase 1 dan Fase 2, saat ini Indonet tengah melaksanakan pembangunan Fase 3 sampai dengan 5 yang akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan progress dengan pelanggan.
EDGE Data Center 1 telah beroperasi sejak Januari 2021 dan karena permintaan yang terus meningkat, Indonet pun tengah merencanakan pembangunan EDGE Data Center yang kedua.
Peningkatan bisnis di segmen data center, tentu membuat Indonet harus bersaing dengan 'saudara dekatnya' DCI Indonesia yang sudah lebih dulu berfokus pada segmen ini.
Kedua perusahaan teknologi tersebut memang didirikan oleh Toto Sugiri, pengusaha teknologi dan taipan baru Indonesia.
Manajemen EDGE menyatakan, data center secara garis besar dibagi menjadi dua model yaitu model server farm dan edge data center. Jika sebagian besar pemain data center berfokus dengan model server farm, Indonet mengatakan akan berfokus pada investasi di data center dengan model edge data center.
Edge data center merupakan fasilitas yang lebih kecil yang lokasinya dekat dengan populasi yang dilayani dan memberikan sumber daya cloud computing dan konten cache ke pengguna akhir.
Data center jenis ini biasanya terhubung ke data center terpusat yang lebih besar atau terhubung ke beberapa data center.
Kantor jasa professional terbesar di dunia, PricewaterhouseCoopers (PwC) memperkirakan pasar global untuk edge data center akan tumbuh hampir tiga kali lipat menjadi US$ 13,5 miliar (Rp 195,75 triliun) pada tahun 2024 dari US$ 4 miliar (Rp 58 triliun) pada tahun 2017.
PWC juga menjelaskan terdapat beberapa tren yang membantu pertumbuhan edge data center ke depan yakni masuknya 5G, semakin maraknya penggunaan internet of things (IoT) yang membutuhkan latensi rendah serta perkembangan video streaming dan juga augmented reality (AR) & virtual reality (VR).
NEXT: Ada Salim dan Lippo Masuk
