Q1-2021 Properti Bangkit, Laba Pengembang Raksasa Melambung

Putra, CNBC Indonesia
05 July 2021 14:52
Foto udara pembangunan perumahan di kasawan bojong sari, Depok, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Foto udara pembangunan perumahan di kasawan bojong sari, Depok, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten properti berhasil membukukan kinerja positif di kuartal pertama tahun 2021. Melesatnya laba emiten properti terjadi karena berberapa hal.

Pertama dan terutama tentunya akibat low base effect dimana kinerja kuartal pertama tahun lalu sektor properti cukup berantakan akibat terserang virus Covid-19. Namun memasuki tahun 2021 ketika pengetatan dan PPKM sudah mulai dilonggarkan maka di atas kertas kinerja perusahaan properti akan membaik.

Selanjutnya pemerintah juga terus menyuntikkan stimulus ke sektor properti berupa pengurangan suku bunga acuan BI Rate menjadi yang terendah sepanjang sejarah 3,5% serta diskon PPN properti yang ternyata sukses mengangkat kinerja saham-saham properti paling tidak pada Q1-2021.

Meskipun demikian posisi sektor ini sejatinya belum aman pasca semakin melesatnya kasus corona di dalam negeri serta kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat, yang mewajibkan mal tak dapat beroperasi.

Sebagai catatan sebagian besar emiten properti merangkap sebagai pengelola pusat perbelanjaan alias mal sehingga pemberlakuan PPKM Darurat yang melarang operasi mal akan berdampak terhadap emiten properti.

Berikut kinerja keuangan kuartal pertama 10 saham properti dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Tercatat dari 10 saham properti 6 diantaranya sukses membukukan kinerja positif bahkan ada 1 yang membukukan turnaround alias pembalikan dari yang semula merugi di kuartal yang sama tahun sebelumnya menjadi untung, sedangkan ada 2 yang kinerjanya masih tergerus, dan 1 yang belum melaporkan laporan keuanganya dan hanya 1 yang masih merugi.

Saham properti dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) sukses membukukan laba bersih sebesar Rp 236 miliar dan tumbuh 400% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.

Selanjutnya di posisi kedua saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa diisi oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang sukses mencetak laba Rp 588 miliar. Meski hanya tumbuh 115% YoY, BSDE menjadi emiten properti dengan laba bersih terbesar di bursa Q1-2021 ini.

Tercatat dua emiten yang berhasil melakukan turnaround adalah PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang tadinya merugi Rp miliar di Q1-2020 menjadi untung bersih Rp 255 miliar di kuartal pertama tahun ini.

Sedangkan untuk PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN) laba bersihnya masih terpaksa tergerus 28% menjadi Rp 98 miliar dan menjadi emiten properti dengan kontraksi laba terbesar Q1-2021. Untuk emiten properti Big Cap yang masih merugi hanya tersisa PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) yang masih merugi Rp 41 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi,Luhut Binsar Pandjaitan,ditunjuk menjadi 'Leader' dalam PPKM Darurat yang disampaikan Jokowi mulai 3 Juli - 20 Juli 2021.

Salah satu poin dari PPKM Darurat adalah menutup semua mal sementara. "Kegiatan pada pusat perbelanjaan, mal, pusat perdagangan ditutup sementara," ungkap Luhut dalam konferensi persnya, Kamis (1/7/2021).

Luhut menegaskan, untuk kegiatan makan dan minum di tempat umum termasuk warung makan, kafe, pedagang kaki lima dan lapak jajanan di mal hanya menerima delivery atau takeaway. "Tidak menerima makan di tempat atau dine-in," tegas Luhut.

"Sekarang, Presiden perintahkan kami susun ini mendengarkan semua pandangan epidemiolog, asosiasi kedokteran, macam-macam sudah didengar. Keputusan sudah cermat dari pelajaran kita 1,5 tahun dan pengalaman negara lain," tegas Luhut lebih jauh.terus diperkuat, semestinya laju kasus bisa terkendali," jelas Jokowi.

Sementara itu, merespons kebijakan ini pelaku usaha ritel tidak akan menentang segala apapun keputusan pemerintah terkait aturan PPKM Mikro 'Darurat'. Namun, bila larangan pembukaan pusat perbelanjaan atau mal akan mempengaruhi keuangan peritel secara signifikan.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, sektor esensial dalam segala aturan pembatasan memang tidak akan dilarang, karena terkait dengan hajat kebutuhan manusia. Namun saat ini untuk mendapatkan kebutuhan sektor esensial paling banyak didapatkan pada pusat perbelanjaan.

"Kita nggak akan lockdown, karena lockdown itu mahal sampai Rp 550 miliar. Jadi tidak mungkin. Yang kita gunakan itu kan istilah PPKM Mikro secara nasional. Kita berharap sektor esensial seperti makan dan minum tidak ditutup," katanya, Kamis (1/7).


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular