Saham Raksasa Properti RI Kembali 'Diterjang' PPKM Darurat

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 July 2021 08:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Saham-saham emiten properti bertumbangan selama sebulan terakhir, bahkan saham properti sudah terkoreksi parah sejak awal tahun. Koreksi saham properti dalam sebulan terakhir dipicu peningkatan signifikan kasus baru covid-19 di dalam negeri.

Peningkatan kasus covid-19 tersebut memaksa pemerintah memperketan  pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro Darurat. Salah satu poin kritis yang menekan emiten properti adalah mal tak dapat beroperasi.

Sebagai catatan sebagian besar emiten properti merangkap sebagai pengelola pusat perbelanjaan alias mal sehingga pemberlakuan PPKM Darurat yang melarang operasi mal akan berdampk terhadap emiten properti.

Berikut kinerja 10 saham properti dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa selama sebulan terakhir dan sejak awal tahun.

Emiten

Market Cap

Monthly %

YTD

PWON

Rp 21,29 triliun

-10,89%

-13,33%

BSDE

Rp 20,54 triliun

-12,61%

-20,82%

CTRA

Rp 17,20 triliun

-12,26%

-5,58%

POLL

Rp 14,54 triliun

1,15%

-60,80%

SMRA

Rp 13,7 triliun

-8,79%

3,11%

LPKR

Rp 11,49 triliun

-1,82%

-24,30%

DMAS

Rp 9,3 triliun

-15,35%

-21,54%

PLIN

Rp 8,7 triliun

0,00%

0,00%

INPP

Rp 7,77 triliun

-7,95%

-4,79%

JRPT

Rp 6,63 triliun

-13,15%

-19,67%

Tercatat dari 10 saham properti hanya satu yang berhasil menghijau bulan ini dan satu yang stagnan. Sementara apabila ditarik dari awal tahun, lagi-lagi hanya satu yang menghijau dan satu yang stagnan.

Saham properti dengan kapitalisasi pasar terbesar dibursa PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 21 triliun, selama sebulan terakhir sudah ambruk 10,89% ke level harga Rp 442/unit. Sedangkan sejak awal tahun PWON sudah tumbang 13,33%.

Untuk saham properti terbesar kedua dan ketiga dibursa, muncul nama PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang selama sebulan terakhir terkoreksi masing-masing 12,61% dan 12,26%. Sedangkan sejak awal tahun BSDE sudah terkoreksi 20,82% dan CTRA sudah terdepresiasi 5,58%.

Dalam sebulan terakhir saham properti yang berhasil menghijau hanyalah PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) yang naik tipis 1,15%. Meskipun demikian sejak awal tahun POLL sudah ambruk parah 60,80% dan menjadi yang terburuk diantara emiten- emiten properti lain.

Sedangkan untuk emiten properti dengan koreksi terparah sebulan terakhir jatuh kepada PT. Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang dalam sebulan terakhir sudah tumbang 15,35% ke level harga Rp 193/unit. Sejak awal tahun, DMAS sudah tumbang 21,54%.

Salah satu sentimen yang membuat kinerja saham properti tertekan dalam sebulan terakhir adalah kebijakan pemerintah terkait Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. 

Dimana Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi,Luhut Binsar Pandjaitan, ditunjuk menjadi 'Leader' dalam PPKM Darurat yang disampaikan Jokowi mulai 3 Juli - 20 Juli 2021.

Salah satu poin dari PPKM Darurat adalah menutup semua mal sementara. "Kegiatan pada pusat perbelanjaan, mal, pusat perdagangan ditutup sementara," ungkap Luhut dalam konferensi persnya, Kamis (1/7/2021).

Luhut menegaskan, untuk kegiatan makan dan minum di tempat umum termasuk warung makan, kafe, pedagang kaki lima dan lapak jajanan di mal hanya menerima delivery atau takeaway. "Tidak menerima makan di tempat atau dine-in," tegas Luhut.

"Sekarang, Presiden perintahkan kami susun ini mendengarkan semua pandangan epidemiolog, asosiasi kedokteran, macam-macam sudah didengar. Keputusan sudah cermat dari pelajaran kita 1,5 tahun dan pengalaman negara lain," tegas Luhut lebih jauh.terus diperkuat, semestinya laju kasus bisa terkendali," jelas Jokowi.

Sementara itu, merespons kebijakan ini pelaku usaha ritel tidak akan menentang segala apapun keputusan pemerintah terkait aturan PPKM Mikro 'Darurat'. Namun, bila larangan pembukaan pusat perbelanjaan atau mal akan mempengaruhi keuangan peritel secara signifikan.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, sektor esensial dalam segala aturan pembatasan memang tidak akan dilarang, karena terkait dengan hajat kebutuhan manusia. Namun saat ini untuk mendapatkan kebutuhan sektor esensial paling banyak didapatkan pada pusat perbelanjaan.

"Kita nggak akanlockdown, karenalockdownitu mahal sampai Rp 550 miliar. Jadi tidak mungkin. Yang kita gunakan itu kan istilah PPKM Mikro secara nasional. Kita berharap sektor esensial seperti makan dan minum tidak ditutup," katanya, Kamis (1/7).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular