
Kebut Biayai Infrastruktur, Mandiri 'Suntik' BUMN SMI Rp 3 T

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memberikan fasilitas kredit kepada BUMN di bawah Kementerian Keuangan, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) senilai Rp 3 triliun.
Penyaluran kredit tersebut untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Dalam kerja sama ini, PT SMI dan Bank Mandiri menyepakati Perjanjian Kredit dengan skema term loan dan kredit jangka pendek senilai Rp 3 triliun serta treasury line senilai US$ 30 juta atau setara dengan Rp 429 miliar (kurs Rp 14.300/US$).
Kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur Operasional dan Keuangan SMI, Darwin Trisna Djajawinata, serta Senior Vice President (SVP) Goverment Institutional Bank Mandiri, Dadang Ramadhan Jumat (2/7/2021) di Jakarta.
Dari nilai tersebut, fasilitas term loan yang diberikan Bank Mandiri senilai Rp 2 triliun dengan tenor selama 3 tahun. Selain itu, untuk fasilitas kredit jangka pendek, total limit yang diberikan adalah sebesar Rp 1 triliun.
Nantinya, pembiayaan ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan PT SMI serta penyediaan layanan foreign currency hedging atau produk lindung nilai oleh Bank Mandiri senilai US$ 30 juta dengan jangka waktu 2 tahun.
SVP Goverment Institutional Bank Mandiri, Dadang Ramadhan mengatakan, pembiayaan ke SMI ini merupakan pemberian fasilitas lanjutan dari Bank Mandiri dan merupakan salah satu bentuk dukungan Perseroan terhadap pengembangan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.
"Perjanjian ini merupakan salah satu bentuk komitmen Bank Mandiri untuk memperkuat daya dukung infrastruktur nasional. Kami berharap kerja sama antara Bank Mandiri dan PT SMI dapat menjadi pemicu untuk membangun kembali perekonomian Indonesia ke depan," ungkap Dadang, dalam keterangan pers, Jumat (2/77/2021).
Menurut Direktur Operasional dan Keuangan SMI, Darwin Trisna Djajawinata menjelaskan, kerja sama ini merupakan salah satu bagian dari upaya SMI dalam memobilisasi pendanaan domestik untuk pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia.
"Perjanjian ini menjadi sinyal bahwa sektor pembangunan infrastruktur memiliki daya tahan atau resilience sehingga diharapkan dapat terus menjadi sektor strategis dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," pungkas Darwin.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Target Kredit BMRI Tumbuh di Atas 8%, Lampaui Industri Nih!
