
Semester I, Cuan Mana Investasi Dolar Singapura vs Australia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Paruh pertama tahun ini baru saja berakhir, dunia investasi masih dipengaruhi oleh penyakit virus corona (Covid-19) yang beberapa kali mengalami lonjakan. Khusus di Indonesia, lonjakan kasus Covid-19 terjadi di akhir Januari dan di penghujung semester I-2021.
Kondisi tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi rupiah, sehingga investasi mata uang lainnya bisa jadi menghasilkan cuan. Tetapi nyatanya, invetasi dolar Singapura dan Australia ternyata tidak terlalu menguntungkan.
Melansir data Refintiv, sepanjang semester I-2021 dolar Singapura hanya menguat 1,4%, berada di Rp 10.772,15/SG$. Artinya, jika berinvestasi Mata Uang Negeri Merlion ini, keuntungan yang diperoleh selama 6 bulan hanya 1,4% saja. Sementara jika berinvestasi di dolar Australia cuannya bisa 10 kali lipat.
Selama 6 bulan pertama tahun ini, kurs dolar Australia melesat lebih dari 11,5%. Pada 30 Juni lalu, dolar Australia berada di Rp 10.868,35/AU$. Bahkan, pada pertengahan April lalu, dolar Australia sempat berada di atas Rp 11.300/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2014.
Baik Singapura maupun Australia sudah mampu meredam penyebaran virus corona, perekonomiannya pun berhasil bangkit dan lepas dari resesi di kuartal I-2021. Sementara Indonesia masih belum mampu lepas dari kontraksi perekonomian tersebut.
Produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2021 tumbuh 0,2% year-on-year (YoY), setelah mengalami kontraksi sepanjang tahun lalu.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan (year-on-year/YoY). Artinya, Singapura kini sudah sah lepas dari resesi.
Sementara, PDB Australia tumbuh 1,1% YoY di kuartal I-2021. Pertumbuhan tersebut nyaris 2 kali lipat lebih tinggi dari konsensus di Trading Economics sebesar 0,6% YoY.
Pertumbuhan tersebut merupakan yang pertama setelah mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun.
Sementara PDB Indonesia di tiga bulan pertama tahun ini minus 0,74%, dan sudah berkontraksi selama 4 kuartal beruntun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Semester II, Dolar Australia Masih Lebih Cuan?
