Tunggu BI, Rupiah Naik-Turun Lawan Dolar Singapura-Australia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 February 2021 12:50
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Singapura dan Australia pada perdagangan Selasa (16/2/2021). Sebabnya, Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis nanti.

Melawan dolar Singapura, rupiah nyaris stagnan di kisaran Rp 10.514,18/SG$, setelah sebelumnya sempat menguat 0,23%, kemudian berbalik melemah 0,13% di pasar spot.
Nasib berbeda ditunjukkan rupiah melawan dolar Australia dengan melemah 0,25% ke Rp 10.847,29/AU$.

Pergerakan rupiah yang bervariasi terjadi akibat adanya sinyal pemangkasan suku bunga oleh BI. Gubernur BI Perry Warijyo memberi petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, orang nomor satu di MH Thamrin itu menyiratkan kekecewaan terhadap kinerja perekonomian nasional.

Pada kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia tumbuh -2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). BI sempat memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal pamungkas tahun lalu.

"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Perry, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, Perry mengungkapkan bahwa bank sentral membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun apakah ruang itu akan dimanfaatkan atau tidak, tergantung dinamika nilai tukar rupiah.

Sementara itu dolar Singapura masih dipengaruhi rilis data produk domestik bruto (PDB) yang masih menunjukkan resesi.

Pemerintah Singapura kemarin melaporkan data final produk domestik bruto (PDB) kuartal IV 2020 yang masih menunjukkan kontraksi (tumbuh negatif) 2,4% dari tahun sebelumnya atau secara year-on-year (YoY).

Dengan demikian, PDB Singapura sudah berkontraksi selama 4 kuartal beruntun, sehingga masih belum lepas dari resesi. Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika mengalami kontraksi PDB dalam 2 kuartal beruntun secara year-on-year.

Sepanjang 2020, perekonomian Singapura mengalami kontraksi sebesar 5,4%, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah.

Dari Australia, rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) menunjukkan para anggota dewan melihat sangat perlunya stimulus moneter untuk membantu perekonomian hingga beberapa tahun ke depan.

Artinya kebijakan moneter masih akan tetap longgar, meski demikian dolar Singapura masih tetap mampu menguat melawan rupiah. Sebab, jika BI memangkas suku bunga, maka selisih dengan suku bunga di Australia akan menyempit, yang kurang menguntungkan bagi rupiah yang merupakan aset emerging market.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Belum Lepas Resesi, Kurs Dolar Singapura-Australia Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular