RI Belum Lepas Resesi, Kurs Dolar Singapura-Australia Bangkit

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 February 2021 15:18
Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura dan Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (5/2/2021) setelah mengalami tekanan belakangan ini. Rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menunjukkan belum lepas dari resesi membuat kedua mata uang tersebut bangkit.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:29 WIB, dolar Singapura menguat 0,1% ke Rp 10.484,23/SG$. Kemarin mata uang Negeri Merlion ini menyentuh level penutupan terendah sejak 18 November 2020.

Sementara di waktu yang sama, dolar Australia menguat 0,2% ke Rp 10.667,01/AU$, dan kemarin berada di level terendah sejak 4 Januari lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020. Seperti ekspektasi, ekonomi Tanah Air tumbuh negatif alias terkontraksi.

Kepala BPS Suhariyanto melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -2,07%. Jauh memburuk ketimbang 2019 yang tumbuh 5,02%.

Rilis tersebut sedikit lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 di -2,1%.

Kali terakhir Indonesia mengalami kontraksi ekonomi adalah pada 1998. Kala itu, Indonesia bergumul dengan krisis multi-dimensi yang sampai menyebabkan rezim Orde Baru terguling setelah berkuasa lebih dari tiga dekade.

Sementara itu pada PDB kuartal IV-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Dengan demikian, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi.

Dari 16 klasifikasi lapangan usaha, sebanyak 9 sektor mengalami kontraksi, 5 sektor mengalami perlambatan pertumbuhan dan 2 sektor tumbuh signifikan. Sektor-sektor yang sensitif terhadap mobilitas publik menjadi yang paling terdampak.

Sektor-sektor yang masih tumbuh positif tetapi melambat antara lain pertanian, kehutanan, perikanan, administrasi pemerintahan, pendidikan, real estat, dan pengadaan air.

Sementara sektor yang melesat ada dua yakni informasi dan komunikasi dan kesehatan serta kegiatan sosial. Kedua sektor ini mampu tumbuh dobel digit alias lebih dari 10% akibat tren work from home (WFH) dan adanya pandemi Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu BI, Rupiah Naik-Turun Lawan Dolar Singapura-Australia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular