BI Diramal Pangkas Bunga, Dolar Singapura-Australia Melesat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 February 2021 14:43
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura dan Australia menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Rabu (17/2/2021). Bank Indonesia (BI) yang diramal akan menurunkan suku bunga Kamis besok membuat rupiah tertekan.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini melesat 1,15% ke Rp 10.603,85/SG$, sementara dolar Australia 0,64% ke Rp 10.865,5/AU$.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dimulai hari ini, dan hasilnya diumumkan Kamis besok. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga menunjukkan BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,5%.

InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
Bank Danamon3.5
ING3.75
CIMB Niaga3.5
Citi3.5
DBS3.5
Mirae Asset3.75
BNI Sekuritas3.5
Maybank Indonesia3.5
Bank Mandiri3.5
Bahana Sekuritas3.5
Moody's Analytics3.75
UOB3.5
MEDIAN3.5

Pada kesempatan sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan memiliki ruang untuk kembali menurunkan suku bunga, guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Perry mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia sedang berlangsung, tetapi masih di bawah ekspektasi BI.

Pada kuartal IV-2020, ekonomi Indonesia berkontraksi (tumbuh negatif) 2,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). BI sempat memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air bisa tumbuh positif pada kuartal pamungkas tahun lalu.

"Sejujurnya ini di bawah ekspektasi. Memang arahnya ada perbaikan, tetapi tidak secepat yang kami perkirakan," tutur Gubernur BI Perry Warijyo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR. 

Oleh karena itu, ruang pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan dimanfaatkan oleh BI, apalagi nilai tukar rupiah terbilang stabil.

Ketika suku bunga dipangkas, maka selisih imbal hasil dengan negara-negara lainnya akan menyempit, yang kurang menguntungkan bagi rupiah karena merupakan aset emerging market.

Memang selisih dengan Australia masih cukup jauh, sebab suku bunga disana saat ini 0,1% saja. Tetapi tetap, penurunan sebesar 25 basis poin akan mengurangi imbal hasil cukup signifikan.

Sementara itu Singapura tidak menggunakan suku bunga dalam kebijakan moneternya. Kebijakan moneter ketat atau longgar dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.

Namun menyempitnya selisih imbal hasil bisa dilihat dari obligasi, karena ketika suku bunga diturunkan, maka imbal hasil (yield) obligasi juga akan menurun. Yield obligasi Singapura tenor 10 tahun saat ini di kisaran 1,172%, sementara Indonesia di 6,348%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Belum Lepas Resesi, Kurs Dolar Singapura-Australia Bangkit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular