
Semester I, Cuan Mana Investasi Dolar Singapura vs Australia?

Meski dolar Australia menguat tajam di semester I-2021, tetapi di paruh kedua tahun ini kemungkinan tidak akan menguat tajam lagi.
Sebab, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kemungkinan akan menambah stimulus moneter (quantitative easing/QE). Artinya, jumlah uang yang beredar bertambah banyak, dan secara teori mata uang akan melemah.
Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan akan melakukan review apakah akan memperpanjang program QE pada rapat kebijakan bulan Juli.
Nilai QE RBA saat ini sebesar AU$ 100 miliar (US$ 77 miliar) dan akan berakhir di bulan September.
Sementara dolar Singapura berpeluang menguat tajam, sebab pemerintahannya mempersiapkan roadmap yang nantinya akan memperlakukan Covid-19 sebagai flu biasa.
Jika dianggap sebagai flu biasa, tentunya aktivitas warganya akan kembali normal, roda perekonomian bisa berputar dengan kencang.
Rencana tersebut diungkapkan oleh tiga menteri di Singapura, yakni Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung dalam sebuah pernyataan pers, akhir pekan lalu.
Menurut mereka, kemungkinan sakit parah akibat flu sangat rendah, sehingga bisa tetap beraktivitas, tentunya dengan syarat sudah melakukan vaksinasi.
"Kemungkinan sakit parah karena flu sangat rendah, jadi kita bisa hidup dengan itu. Masyarakat bisa tetap beraktivitas meski sedang musim flu, tentunya dengan bekal vaksinasi," tulis mereka.
"Oleh karena itu, kita bisa melakukan hal yang sama untuk Covid-19. Kita tidak akan bisa memusnahkannya, tetapi kita bisa mengubah pandemi menjadi lebih tidak menakutkan. Seperti flu, penyakit mulut dan kuku, atau cacar air, kita tetap bisa hidup normal."
"Inilah rencana kami dalam beberapa bulan ke depan, kami sudah punya rencana. Vaksinasi adalah kunci pertama," papar mereka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
