
Gerak Liar Lagi, Awas Kolesterol Tinggi di Saham Bank Mini

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pada perdagangan Selasa (29/6/2021) kemarin cenderung terkoreksi, harga mayoritas saham bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 2 triliun- Rp 5 triliun) menguat pada awal perdagangan Rabu (30/6).
Berikut pergerakan saham bank mini, pukul 09.46 WIB:
- Bank Artha Graha Internasional (INPC), saham +4,86%, ke Rp 151
- Bank Ganesha (BGTG), +4,24%, ke Rp 123
- Bank Oke Indonesia (DNAR), +2,94%, ke Rp 210
- Bank QNB Indonesia (BKSW), +2,72%, ke Rp 189
- Bank MNC Internasional (BABP), +2,19%, ke Rp 280
- Bank Maspion Indonesia (BMAS), +2,09%, ke Rp 1.220
- Bank IBK Indonesia (AGRS), +1,80%, ke Rp 226
- Bank Capital Indonesia (BACA), +1,52%, ke Rp 400
- Bank Bumi Arta (BNBA), +1,24%, ke Rp 815
- Bank Neo Commerce (BBYB), +1,01%, ke Rp 402
- Bank Amar Indonesia (AMAR), +0,81%, ke Rp 250
- Bank Victoria International (BVIC), +0,66%, ke Rp 152
- Bank Aladin Syariah (BANK), +0,33%, ke Rp 3.080
- Bank Ina Perdana (BINA), 0,00%, ke Rp 4.990
- Bank Mestika Dharma (BBMD), 0,00%, ke Rp 1.465
- Bank Jago(ARTO), -0,91%, ke Rp 13.600
- Bank Bisnis Internasional (BBSI), -2,32%, ke Rp 2.950
- Bank Harda Internasional(BBHI), -6,81%, ke Rp 2.600
Mengacu pada data di atas, dari 18 saham yang diamati, 13 saham menguat, 2 saham stagnan dan 3 sisanya melorot ke zona merah.
Saham INPC menjadi yang paling menguat dengan kenaikan 4,86% ke Rp 151/saham. Saham ini berhasil rebound dari koreksi pada 2 hari sebelumnya. Kendati menguat, saham INPC masih minus 3,29% dalam sepekan dan anjlok 33,18% dalam sebulan.
Di posisi kedua, ada saham BGTG yang terkerek 4,24% ke posisi Rp 123/saham, setelah 2 hari beruntun ambles di zona merah. Dalam sepekan saham ini ambles 8,33%, sementara dalam sebulan melorot 17,69%.
Saham emiten perbankan Grup Salim, BINA, masih stagnan di posisi Rp 4.990/saham, setelah 3 hari beruntun terjungkal di zona pelemahan. Sebelum ambles, saham ini sempat melaju kencang selama 10 hari beruntun, atau sejak 11-24 Juni.
Sentimen pendorong saham BINA waktu itu ialah terkait rencana rights issue yang sudah disetujui oleh pemegang saham dan kemungkinan Anthoni Salim menambah kepemilikannya di BINA.
Hal ini ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Ina Perdana untuk tahun buku 2020. Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthoni Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.
Sementara 3 saham lainnya, misalnya, ARTO, malah turun 0,91% ke Rp 13.600/saham, setelah Selasa kemarin menguat 2,04%. Dalam sepekan saham ini tergerus 1,99%, sementara dalam sebulan melesat 11,29%.
Saham-saham bank mini sempat menguat beberapa waktu lalu akibat didorong oleh sentimen akan segera dirilisnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) mengenai bank digital pada pertengahan tahun ini.
"Saat ini OJK tengah dalam proses penyusunan POJK Bank Umum yang mengakomodasi terbentuknya bank digital, baik itu bank digital by analog atau bank konvensional yang memberikan layanan digital, ataupun entitas yang terlahir sebagai bank digital (full digital bank). RPOJK Bank Umum ini diperkirakan akan terbit pertengahan tahun 2021," terang Juru BicaraOJK, Sekar Putih Djarot.
Untuk bank digital sendiri saat ini, kata Sekar, pembentukan aturannya akan segera rampung di mana aturan mengenai bank digital ini akan dirilis pada pertengahan tahun ini alias pada Juni 2021.
Sebelumnya, para investor berspekulasi bahwa saham-saham bank mini ini akan dicaplok oleh investor strategis dan ditransformasikan menjadi bank digital.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah