Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal Tanah Air bergerak beragam pada Selasa (8/6) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles, mata uang rupiah berhasil menguat tipis di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Sementara, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) terpantau melemah.
IHSG ambles 1,16% ke level 5.999,37 dan terpaksa kembali meninggalkan level psikologis 6.000.
Nilai transaksi kemarin kembali turun menjadi Rp 11,1 triliun dan terpantau investor asing mulai menjual bersih beberapa saham sebesar Rp 273 miliar di pasar reguler. Tercatat 168 saham terapresiasi, 349 terkoreksi, sisanya 130 stagnan.
Asing melepas dua saham bank big cap, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Para investor tampaknya masih melakukan aksi ambil untung (profit taking), seperti yang dimulai pada perdagangan Senin (7/6) lalu.
Dari data ekonomi RI, cadangan devisa (cadev) Indonesia turun cukup signifikan pada Mei 2021 dibandingkan sebelumnya. Ini membuat cadev tidak lagi berada di posisi tertinggi sepanjang masa.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia per akhir Mei adalah US$ 136,39 miliar. Turun US$ 2,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Pada April, cadev Indonesia mencapai US$ 138,79 miliar. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Meskipun demikian, BI mengaku masih cukup optimistis prospek cadangan devisa Indonesia masih cerah. Hingga akhir tahun, otoritas moneter yakin cadangan devisa berada di US$ 141 miliar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan mengemukakan prospek cadangan devisa masih akan didukung dari surplus neraca perdagangan, meningkatnya volume perdagangan dan harga komoditas global.
"Mudah-mudahan saya yakin Insya Allah target US$ 141 miliar tercapai lebih cepat," kata Hariyadi dalam 'Squawk Box' CNBC Indonesia, Selasa (8/6).
Berbeda nasib, kemarin, nilai tukar rupiah akhirnya menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah sempat masuk ke zona merah. Dolar AS yang sedang galau membuat rupiah mampu menguat, tetapi tidak gampang, Mata Uang Garuda sempat masuk ke zona merah, dan lama stagnan.
Rupiah sedikit tertekan akibat penurunan cadangan devisa (Cadev) yang mengalami penurunan.
Kurs rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.250/US$. Setelahnya, rupiah sempat berbalik melemah tipis 0,04%. Di penutupan perdagangan, rupiah kembali ke Rp 14.250/US$.
Meski rupiah menguat tipis, tetapi bisa dikatakan cukup bagus sebab mayoritas mata uang utama Asia melemah. Hingga pukul 15:09 WIB, hanya ringgit Malaysia yang penguatannya lebih besar dari rupiah, 0,17%.
Dolar AS mulai tertekan setelah rilis data tenaga kerja pada Jumat pekan lalu. Meski data tenaga kerja AS cukup solid, tetapi banyak analis yakin data tersebut masih belum cukup membuat bank sentral AS (The Fed) untuk mengurangi nilai program pembelian asetnya (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering.
Presiden The Fed wilayah Cleveland, Lorreta Mester, juga menyatakan data tenaga kerja AS bagus tetapi masih belum cukup untuk merubah kebijakan moneter.
"Saya melihat ini sebagai kemajuan yang terus dibuat pasar tenaga kerja, tentunya kabar yang sangat bagus. Tetapi, saya ini melihat kemajuan lebih jauh," kata Mester dalam acara "Squawk on the Street" CNBC International, Jumat (4/6/2021).
Alhasil, dolar AS yang sebelumnya ditopang oleh isu tapering menjadi kehilangan tenaganya.
Pelaku pasar saat ini juga bingung terhadap pergerakan dolar AS. Reuters mengadakan survei pada 28 Mei hingga 3 Juni terhadap 63 analis. Hasilnya, sebanyak 33 orang mengatakan pelemahan dolar AS sudah selesai, sementara sisanya memprediksi dolar AS masih akan melemah 0,5% hingga 6% dalam tiga bulan ke depan.
Dari obligasi negara, investor memburu SBN berjangka pendek, sedangkan untuk SBN berjangka menengah hingga panjang cenderung dilepas oleh investor pada Selasa kemarin.
Dari imbal hasilnya (yield), SBN bertenor pendek, yakni tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun mengalami penurunan yield, sedangkan SBN berjangka menengah hingga panjang mengalami kenaikan yield.
Yield SBN bertenor 1 tahun dengan kode FR0061 turun 3,7 basis poin (bp) ke level 3,545%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun dengan seri FR0039 turun 1,2 bp ke posisi 4,814%, dan SBN dengan tenor 5 tahun berseri FR0081 juga turun 1,1 bp ke 5,377%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara mengalami kenaikan sebesar 0,7 bp ke posisi 6,446% kemarin.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Bursa Wall Street ditutup beragam seiring kurangnya katalis pasar yang membuat investor institusional cenderung menunggu sentimen selanjutnya, sementara investor ritel terus mengoleksi saham-saham meme.
Indeks Dow Jones terkoreksi 0,09% ke 34.599,82, sementara indeks yang berisi 500 saham emiten raksasa, S&P 500 cenderung flat dengan naik tipis 0,02% ke 4.227,24. Kemudian, indeks yang sarat akan saham teknologi, Nasdaq, naik 0,31% ke Rp 13.924,91.
Saham Tesla turun hampir 0,3% bahkan setelah adanya kabar peningkatan pengiriman mobil. Sang pembuat mobil listrik besutan Elon Musk ini mengirimkan 33.463 kendaraan buatan China di pasar itu pada Mei, melonjak 29% dari April.
Sementara, investor ritel yang banyak 'nangkring' di forum Reddit terus melebarkan sayap ke saham lain, terutama Clover Health dan Wendy's, setelah sebelumnya ke saham 'meme' AMC Entertainment.
Saham start-up perawatan kesehatan, Clover Health, sampai sekitar 86%, sementara saham rantai makanan cepat saji Wendy's melejit 25,8%
Saham lain yang lonjakan 'gila-gilaan'-nya akhir-akhir ini dikaitkan dengan keriuhan di media sosial, termasuk GameStop Corp, Bed Bath & Beyond Inc, Workhorse Group, melonjak antara 7% dan 12%.
"Sekarang saham meme mengambil alih posisi kripto dan itu semua merupakan konsekuensi dari kebijakan moneter yang sangat longgar," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS dan Federasi Nasional Bisnis Independen tampaknya mengkonfirmasi kekurangan tenaga kerja bahkan ketika permintaan bangkit kembali.
Meningkatnya lowongan pekerjaan dan angka pengunduran diri karyawan secara sukarela dapat menekan perusahaan untuk menaikkan upah. Kenaikan upah bisa menjadi pertanda awal inflasi yang lebih tinggi.
Lowongan pekerjaan pada bulan April melonjak 998 ribu ke rekor tertinggi baru, yakni sebesar 9,3 juta seiring adanya pemulihan ekonomi. Ini merupakan level tertinggi sejak Desember 2000.
Laporan tersebut juga menunjukkan 384.000 orang mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaan mereka pada bulan April.
Pelaku pasar masih akan menunggu rilis data indeks harga konsumen (CPI) per Mei pada Kamis besok (10/6) untuk melihat lebih lanjut mengenai perkembangan inflasi AS, dan bagaimana data inflasi bisa mempengaruhi keputusan the Fed untuk mengetatkan kebijakan moneternya.
"Kita sedang menunggu angka inflasi, menunggu lebih banyak dari (Federal Reserve), menunggu musim pendapatan." Ia melanjutkan, "Tidak banyak yang memotivasi pasar hari ini."
Ekonom memprediksi CPI naik 4,7% secara tahunan. Pada bulan April lalu, CPI meningkat 4,2% secara tahunan, yang merupakan kenaikan tercepat sejak 2008.
Selanjutnya, semua mata akan tertuju pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) the Fed berikutnya yang dijadwalkan pada 15 dan 16 Juni.
Ini lantaran investor menunggu pernyataan pejabat bank sentral tentang inflasi dan kebijakan moneter bank sentral. Pernyataan teranyar oleh pejabat menunjukkan The Fed mulai bersiap mengurangi pembelian asetnya (tapering off).
Dari pasar domestik, para investor bakal menantikan rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) oleh BI pukul 10.00 WIB. Dalam Survei Konsumen edisi IKK April 2021 berada di 101,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 93,4.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 100, maka artinya berada di zona optimistis, konsumen pede dalam memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan ke depan.
Menurut catatan BI, IKK April 2021 merupakan angka optimisme pertama kali sejak IKK masuk zona pesimis pada April tahun lalu.
IKK adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang berguna untuk 'menerawang' arah perekonomian ke depan. Jadi apabila IKK mulai kembali positif, ini bisa menjadi indikasi prospek ekonomi ke depan bakal membaik.
Kemudian, beralih ke Negeri Kanguru Australia, para investor akan menunggu rilis indeks keyakinan konsumen bulan Juni yang dirilis oleh Westpac-Melbourne Institute pada 07.30 WIB. Indeks Sentimen Konsumen turun 4,7% secara bulanan (month-on-month/mom) menjadi 113,1 pada Mei 2021 dari level tertinggi sebelas tahun di 118,8 pada April.
Koreksi ini merupakan reaksi kekecewaan terhadap anggaran pemerintah federal. "Penurunan juga mungkin mewakili beberapa kekecewaan terhadap Anggaran Federal karena Anggaran yang sangat murah hati masih tidak dapat melebihi harapan masyarakat yang luar biasa," kata kepala ekonom Westpac, Bill Evans.
Pasar memprediksi indeks keyakinan konsumen Australia bulan Juni akan berada di posisi 114, naik tipis dari Mei.
Selang satu jam kemudian, pasar juga akan mengamati tingkat inflasi tahunan Negeri Tirai Bambu China per Mei.
Tingkat inflasi tahunan China melonjak menjadi 0,9% pada April 2021 dari 0,4% sebulan sebelumnya dan meleset dari ekspektasi analis yang sebesar 1,0%. Ini merupakan nilai tertinggi sejak September 2020.
Adapun konsensus pasar memprediksi tingkat inflasi China pada bulan Mei akan naik 1,6% secara yoy.
Selanjutnya, pada pukul 13.00 WIB, akan ada rilis neraca dagang Jerman pada April 2021. Analis meramal, surplus dagang Jerman pada April akan mencapai € 12,5 miliar.
Pada Maret, surplus dagang Jerman melebar menjadi € 20,5 miliar dari € 17,2 miliar periode yang sama tahun lalu lalu. Ini adalah surplus perdagangan tertinggi sejak Oktober 2019, seiring ekspor dan impor mencapai rekor tertinggi di tengah banyak negara di Eropa mulai melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat pada Maret.
Pada pekan ini, perhatian pelaku pasar akan banyak tersedot pada rilis data laju inflasi Amerika Serikat (AS) per bulan Mei. Pada April tingkat inflasi Negeri Paman Sam melonjak menjadi 4,2%, dari 2,6% pada Maret.
Apabila tingkat inflasi Negeri Paman Sam kembali naik, investor khawatir hal tersebut akan mendorong bank sentral AS, The Fed, untuk mulai menaikkan tingkat suku bunga dan memicu taper tantrum.
Isu pengetatan alias tapering off memang mulai bertebaran setelah perekonomian AS semakin sehat. Pemulihan setelah dihantam pandemi virus corona (Covid-19), pemulihan ekonomi negeri adi daya berlangsung begitu cepat.
Bukan tidak mungkin, pengurangan quantitative easing (QE) berada di depan mata. Namun, BI masih melihat situasi yang saat ini dihadapi masih bersifat dinamis.
Otoritas moneter Tanah Air memperkirakan Jerome Powell Cs akan mengumumkan fase tapering off paling cepat pada Agustus, yakni kala pertemuan Jackson Hole Symposium.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan mengaku cukup optimistis dampak dari tapering off Fed tidak akan sebesar pengaruhnya seperti 2013 - 2015.
Salah satu indikator yang menjadi perhatian bank sentral adalah porsi kepemilikan asing terhadap surat utang negara yang sudah turun. Hal tersebut, memang selama ini membuat perekonomian domestik cukup rentan.
Berdasarkan catatan BI, kepemilikan asing terhadap surat utang negara saat ini sudah berada di angka 23%. Ini berbanding terbalik dengan porsi kepemilikan asing terhadap surat utang pada 2013 yang mencapai 38%.
Selain itu, BI merasa fundamental perekonomian domestik pun masih kuat tercermin dari defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang terjaga, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang mumpuni.
Asal tahu saja, tapering off merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS. Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.
Menelisik ke belakang, Taper tantrum pernah terjadi pada tahun pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke, mengeluarkan wacana tapering QE yang dilakukan sejak krisis finansial global 2008. Kala itu taper tantrum memukul banyak mata uang, termasuk rupiah yang menjadi salah satu korbannya yang melemah lebih dari 50%.
IHSG saat awal taper tantrum juga mengalami aksi jual. Pada periode Mei-September 2013 IHSG jeblok hingga 23%.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
- Indeks Keyakinan Konsumen Westpac Australia periode Juni (07.30 WIB)
- Laju inflasi tahunan China bulan Mei (08.30 WIB)
- Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia bulan Mei (10.00 WIB)
- Neraca dagang Jerman per April (13.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten yang akan berlangsung hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) & Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Ace Hardware Indonesia (ACES) (09.30 WIB)
- RUPST Kapuas Prima Coal (ZINC) (10.00 WIB)
- RUPST dan RUPSLB Urbana Corp (URBN) (10.00 WIB)
- RUPST Sampoerna Agro (SGRO) (10.00 WIB)
- RUPST Mitra Energi Persada (KOPI) (10.00 WIB)
- RUPST & RUPSLB Indo Kordsa (BRAM) (10.00 WIB)
- RUPST & RUPSLB Bank MNC Internasional (BABP) (10.00 WIB)
- RUPST Bank Pan Indonesia (PNBN) (11.00 WIB)
- RUPST PP Properti (PPRO) (13.00 WIB)
- RUPST Kabelindo Murni (KBLM) (13.00 WIB)
- RUPST Clipan Finance Indonesia (CFIN) (13.30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: