
Mantap, Rupiah! Kapan Nih Dolar Bisa di Bawah Rp 14.200?

Apapun alasannya, yang jelas perekonomian AS tidak menciptakan lapangan kerja setinggi yang diperkirakan. Ini membuat pelaku pasar bimbang, karena kemungkinan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tetap akan memberlakukan kebijakan ultra-longgar agar tercipta penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).
Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Negeri Adidaya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir tahun ini hanya 7%. Turun dibandingkan pekan lalu yaitu 8% dan sebulan sebelumnya yang sebesar 12%.
![]() |
"Data ketenagakerjaan melepas tekanan terhadap The Fed sehingga mereka bisa mempertahankan suku bunga rendah lebih lama lagi. Ini adalah kesempatan bagi para pengambil risiko dan aset-aset berisiko," tutur Jack Alblin, Chief Investment Officer di Cresset Capital Management, seperti diberitakan Reuters.
Ya, mengecilnya probabilitas kenaikan Federal Funds Rate dalam waktu dekat membuat dolar AS tertekan. Tanpa kenaikan suku bunga, berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi kurang menarik.
Perkembangan ini membuat dolar AS mengalami tekanan jual. Rupiah berhasil memanfaatkan peluang ini untuk 'menyalip'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
