
Luhut Mau Setop PLTU, Masih Minat Cari Cuan ADRO cs?

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek jangka panjang batu bara di Tanah Air tampaknya kurang menggembirakan. Hal ini lantaran pemerintah menargetkan akan tidak akan ada lagi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara baru pada periode 2021-2030.
Dalam hal ini, Indonesia bertujuan untuk menggunakan pembangkit listrik yang menggunakan energi bersih pada 2060.
Target ini pun sesuai dengan titah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengharamkan usulan pembangunan PLTU baru dan tercermin dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021-2030.
Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengatakan energi fosil saat ini menjadi musuh bersama dunia, seiring dengan adanya pemanasan global.
Merespons hal ini, pemerintah Indonesia akan menggantinya dengan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Belum lagi, sejumlah bank besar juga menyatakan akan mengurangi porsi kredit untuk sektor batu bara. Pada awal Mei lalu, Asian Development Bank (ADB)mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi mendanai proyek yang berkaitan dengan eksplorasi atau produksi tambang batu bara, minyak bumi dan gas alam secara global.
Selain ADB, baru-baru ini juga Malayan Banking Berhad atau Maybank memutuskan akan menghentikan pembiayaan untuk aktivitas pertambangan batu bara. Pada 2025, Maybank berencana mengalokasikan RM 50 miliar dalam upaya mendorong pembiayaan berkelanjutan.
Tahun lalu, pesaing Maybank, CIMB Group Holdings Bhd, juga telah berkomitmen untuk menghapus batu bara dari portofolionya per 2040.
Kemudian, bagaimana dengan saham-saham emiten tambang batu bara seiring dengan adanya kabar ini?
Untuk itu, di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara singkat kinerja 5 saham emiten batu bara dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa dalam sepekan terakhir, mengacu data per Jumat (28/5).
Berdasarkan data di atas, dari 5 saham yang diamati, 2 saham mampu menunjukkan kinerja yang positif selama seminggu terakhir, 1 saham masih stagnan, dan 2 sisanya malah ambles ke zona merah.
Saham ITMG menjadi yang paling naik di antara yang lainnya, dengan penguatan 2,17% ke harga Rp 12.975/saham.
Seiring dengan itu, dalam sepekan investor asing juga mencatatkan beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 33,64 miliar.
Di posisi kedua ada saham emiten tambang pelat merah, PTBA, yang tumbuh 1,39% ke Rp 2.190/saham dalam sepekan terakhir.
Berbeda dengan saham ITMG, kendati mencatatkan penguatan, investor asing malah melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 9,30 miliar di saham PTBA.
Adapun saham emiten milik pengusaha Garibaldi 'Boy' Thohir, ADRO, malah tidak bergerak dalam seminggu belakangan di harga Rp 1.170/saham. Kalau ditelisik, dalam sepekan saham ini memerah 3 kali dan 2 kali menghijau.
Sementara, saham emiten milik taipan Kiki Barki, HRUM, malah anjlok 5,07%. Hal tersebut tampaknya terjadi seiring aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor, setelah sebelumnya saham ini sempat membukukan kenaikan harga yang signifikan.
NEXT: Masih Ada Asa