Top, Rupiah! Dolar AS Sukses Dilengserkan ke Bawah Rp 14.300

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 May 2021 09:10
Perry Warjiyo, Bank Indonensia. (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonensia. (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)

Sementara dari dalam negeri, masih terkait suku bunga, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Mei 2021. Salah satu pertimbangan utama MH Thamrin adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 24-25 Mei 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, serta upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mempercepat upaya pemulihan ekonomi," kata Gubernur Perry Warjiyo dalam jumpa pers usai RDG.

Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyatakan sepertinya penurunan suku bunga acuan sudah tidak ada di benak Gubernur Perry dan sejawat. Dalam jumpa pers usai RDG, kalimat penurunan atau menurunkan suku bunga acuan sama sekali tidak disebut.

Malah Perry mulai membuka wacana untuk menaikkan suku bunga acuan, meski horizonnya masih panjang. Paling cepat tahun depan, katanya.

"Suku bunga 3,5% dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi, paling cepat awal tahun depan. Kita bicarakan tahun depan, sabar sithik tho yo (sabar sedikit lah ya)," ujar Perry.

Satria menilai laju inflasi domestik masih 'jinak' meski pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang otomatis ikut mendongkrak harga barang dan jasa. Menurut Satria, kenaikan tarif PPN dari 10% menjadi 12% hanya akan menambah inflasi 0,2% tahun ini.

"Namun itu dengan catatan pemerintah tetap mempertahankan pengecualian pengenaan PPN terhadap empat barang dan 17 jasa. Jika dikenakan PPN, artinya dari 0% menjadi 12%, maka inflasi bisa bertahan 0,8%," sebut Satria dalam risetnya.

So, tidak adanya peluang penurunan suku bunga plus BI yang mulai membuka wacana untuk menaikkan menjadi sentimen positif bagi rupiah. Berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah akan semakin menguntungkan. Arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Ibu Pertiwi menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular