Duo Saham Lippo Sedot Perhatian & Naik 1.000%, Awas Prank!

Tri Putra, CNBC Indonesia
25 May 2021 12:20
Hypermart
Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama sebulan terakhir pasar modal lokal memang kurang bergairah yang ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 2,75%.

Akan tetapi di tengah koreksi tersebut ada saham salah satu grup yang naik pesat dan menarik mata seluruh investor dalam negeri. Dua Saham Grup Lippo, kelompok usaha yang dibangun taipan Mochtar Riady, melesat kencang berberapa pekan terakhir hingga ribuan persen.

Salah satu katalis bagi dua saham grup Lippo muncul setelah anak usahanya PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) kedatangan berbagai investor baru mulai dari Temasek yang masuk melalui anak usahanya Andersen Investment sebesar 19%.

Hingga yang terbaru, Multipolar, sebagai induk usaha MPPA, melepas saham sebanyak 11,9% ke tiga entitas perusahaan. Dari 11,9% saham MPPA yang dilepas itu, masing-masing dibeli Panbridge Invesment Ltd sebesar 3,33%, Threadmore Capital Ltd sebesar 3,81%, dan PT Pradipa Darpa Bangsa sebesar 4,76%.

Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/5/2021), manajemen MLPL menjelaskan PT Pradipa Darpa Bangsa adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa aktivitas profesional, ilmiah, dan teknis.

Sebanyak 99,996% saham Pradipa itu dipegang oleh PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, pemilik Gojek, dan sebesar 0,004% dipegang oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay.

Sebelumnya, sumber pasar menyebutkan transaksi pembelian saham MPPA oleh Gojek ini disebut-sebut bakal melengkapi platform online Tokopedia dengan kehadiran fisik.

Hal ini menyebabkan harga saham MPPA yang pada awal tahun diperdagangkan di level Rp 105/unit terbang ke level Rp 1.155/unit atau kenaikan hingga 1.000%.

Market beranggapan bahwa dengan masuknya dua investor strategis ini kinerja keuangan MPPA yang sebelumnya terus merugi akan membaik karena mendapat sokongan dari raksasa seperti GoTo (Hasil merger antara Gojek dan Tokopedia) dan Temsaek.

Catat saja, sebelumnya MPPA sudah 4 tahun beruntun merugi bahkan terakhir di tahun 2020 MPPA boncos hingga Rp 405 miliar. Rugi bersih yang dibukukan perseroan selama 4 tahun beruntun menyebabkan ekuitas perusahaan terus tergerus hingga tersisa Rp 184 miliar.

Apabila di tahun 2021 MPPA kembali merugi, bisa diprediksikan perseroan akan memiliki modal negatif, tentunya apabila tidak memperhitungkan perseroan yang disebut akan kembali menghimpun dana melalui mekanisme rights issue.

Meskipun demikian kedua raksasa tersebut hanyalah investor minoritas dan sejatinya kendali MPPA masih berada di tangan Lippo Group melalui PT Multipolar Tbk (MLPL).

Menariknya seiring dengan kenaikan saham MPAA, saham MLPL juga melonjak kencang. Tercatat sejak awal tahun, saham MLPL yang sempat tidur di level Rp 50/unit alias gocap sudah terbang 660% ke level Rp 540/unit.

Agaknya pasar beranggapan bahwa dengan melesatnya harga saham MPAA dan masuknya investor strategis ke pemilik gerai Hypermart tersebut, MLPL juga akan diuntungkan, namun apakah benar ?

Sejatinya kenaikan saham MPAA tidak akan secara langsung menguntungkan MLPL karena hingga saat ini MLPL tidak melakukan take profit dengan menjual sahamnya di pasar reguler.

Dan status MLPL bukan sebagai perusahaan investasi sehingga kenaikan harga saham anak usaha tidak bisa dicatatkam sebagai laba.

Dalam paparannya kepada para investor, Multipolar menyebutkan dalam 3-5 tahun ke depan akan mentransformasi bisnisnya menjadi future oriented, di bidang teknologi digital. 

Multipolar menyebutkan sudah berinvestasi dan menjalan bisnis portofolio digital di Indonesia dan Asia Tenggara dalam beberapa tahun ini melalui venture capital. 

Beberapa portofolio investasi Multipolar antara lain, Ruang Guru, OVO, Klinik Pintar dan beberapa startup lainnya. Dalam keterbukaan informasi, Multipolar melalui anak usahanya PT Nusa Jaya Cipta, berinvestasi di Ruang Guru senilai Rp 21 miliar atau kepemilikan saham 3,38%.

Akan tetapi kedepanya apabila benar dengan kedatangan dua raksasa tersebut akan mampu membalikan kondisi keuangan MPPA yang terus merugi menjadi untung dan mulai membagikan dividen ke induknya, tentunya MLPL bisa diuntungkan.

Tentu saja asumsi ini hanya akan terjadi jika benar kedua investor strategis tersebut sudah memiliki rencana transformasi bisnis MPPA kedepanya seperti Amazon yang sebelumnya mencaplok supermarket untuk mengembangkan bisnis grocery store online.

Akan tetapi dengan kepemilikan Gojek di MPPA yang tergolong kecil yakni dibawah 5% tentu saja manuver tanpa persetujuan Lippo Group akan sulit dilakukan. Kedepanya menarik tentunya melihat apakah benar nantinya ada transformasi keuangan di tubuh MPPA setelah kedatangan dua raksasa Temasek dan Gojek.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular