IBC Ingin Jadi Pemain Baterai Dunia, Begini Caranya

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
24 May 2021 15:35
Agus Tjahjana. (Tangkapan layar CNBC TV)
Foto: Agus Tjahjana. (Tangkapan layar CNBC TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya akan memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik dalam negeri, Holding BUMN Industri Baterai atau yang dikenal Indonesia Battery Corporation (IBC) juga akan memasarkan produk baterainya ke luar negeri, terutama ketika melihat kondisi pangsa pasar mobil listrik Indonesia saat ini masih kecil.

Ketua Tim Percepatan Baterai Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana Wirakusumah, mengatakan bahwa pasar luar negeri menginginkan produk baterai kendaraan listrik berkualitas tinggi, sehingga ini akan menjadi perhatian bagi IBC untuk memproduksi baterai.

Untuk itu, menurutnya dibutuhkan penguasaan teknologi yang tinggi dan juga riset dan pengembangan baterai yang berkelanjutan.

Dia mengakui bahwa teknologi dalam negeri belum bisa secara mandiri untuk memproduksi baterai mobil listrik. Oleh karena itu, dibutuhkan mitra strategis yang menjadi anggota konsorsium untuk mengadaptasi teknologinya.

"Teknologi dalam negeri belum bisa, kita harus cari partner. Ada 11 perusahaan yang kita dekati, paling tidak ada dua perusahaan yang intens berbicara dengan kita. Teknologi itu nanti berasal dari partner kita, di mana dalam perjanjian kerja sama ada transfer teknologi yang dilakukan," kata Agus dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (24/5/2021).

Agus juga tidak menampik bahwa siklus teknologi itu berumur pendek dan cepat berubah, sehingga IBC juga perlu riset dan pengembangan (Research and Development/ R&D) yang matang untuk bersaing di tingkat dunia.

"Kita harus punya R&D di tingkat dunia yang harus kita kembangkan. Nantinya kalau kita kawinkan perusahaan yang kita bangun, IBC bisa menggawangi dan melakukan penetrasi bisnis di tingkat dunia," kata Agus yang juga Komisaris Utama MIND ID.

Dia menegaskan bahwa pasar ekspor menjadi kunci karena kebutuhan dalam negeri dalam waktu dekat ini masih minim permintaannya.

"Demand dalam negeri masih butuh waktu yang panjang untuk menyamai kapasitas pabrik baterai. Target pengguna mobil listrik hanya sekitar 400 ribu unit di 2025 dengan kebutuhan 16,3 Giga Watt hours (GWh), sementara produksi nanti bisa mencapai 30 Giga Watt hours," jelasnya.

"Kelebihan (produksi) akan kita ekspor, melihat produksi ini tidak bisa kita kurangi. Sehingga, ekspor harus diatur dengan baik," lanjutnya.

Dia mengatakan, saat ini IBC masih berkomunikasi dengan calon mitra, dan pada penghujung tahun ini bisa mulai melakukan uji kelayakan (feasibility study/ FS) dan pada tahun depan ditargetkan desain teknis tuntas, sehingga bisa mulai membangun pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL).

"Pabrik HPAL diharapkan bisa selesai dua tahun, akhir 2024 sudah terealisasi, sehingga kita bisa dapatkan komponen untuk proses selanjutnya, precursor dan katoda baterai," ungkapnya pada acara yang sama.

Agus melanjutkan, sampai 2030 ditargetkan IBC akan membangun 30 Giga Watt hours (GWh) baterai. Selanjutnya, akan dibangun pabrik baterai hingga berkapasitas 140 GWh.

Ke depan, imbuhnya, IBC akan membentuk setidaknya enam perusahaan patungan (joint venture/ JV) untuk pengembangan baterai listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir sudah resmi mengumumkan pembentukan IBC pada 26 Maret 2021 lalu. IBC merupakan perusahaan patungan dari empat BUMN yakni Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), lalu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Kepemilikan saham dari masing-masing BUMN ini adalah 25%.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IBC Bakal Bentuk 6 Perusahaan JV Produksi Baterai Hulu-Hilir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular