Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Market Cap Unilever Drop Rp 18 T, Ditikung Astra! BCA Teratas

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 May 2021 12:10
unilever
Foto: unilever.co.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu. Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup merosot 0,7% ke level 5.985,52.

Pada pekan lalu, IHSG pun ambruk 1,12%. Data-data transaksi juga menunjukkan bahwa perdagangan masih sepi dan kurang bergairah.

Nilai transaksi tercatat masih mencapai Rp 9,2 triliun di awal pekan lalu. Namun pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai transaksi hanya Rp 8,7 triliun saja. Secara rata-rata, nilai transaksi di bursa hanya Rp 9 triliun.

Akibatnya, nilai kapitalisasi pasar 10 terbesar (big cap) kembali mengalami penurunan pada pekan lalu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir pekan lalu, total dari 10 besar kapitalisasi pasar saham-sahambig capkembali turun menjadi Rp 2.888 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 2.941 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten7 Mei 2021No.Emiten30 April 2021No.Emiten23 April 2021
1.Bank Central Asia/BBCA7811.Bank Central Asia/BBCA7821.Bank Central Asia/BBCA780
2.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4952.Bank Rakyat Indonesia/BBRI4952.Bank Rakyat Indonesia/BBRI519
3.Telkom/TLKM3163.Telkom/TLKM3173.Telkom/TLKM328
4.Bank Mandiri/BMRI2754.Bank Mandiri/BMRI2854.Bank Mandiri/BMRI284
5.Astra/ASII2165.Unilever/UNVR2295.Unilever/UNVR232
6.Unilever/UNVR2116.Astra/ASII2236.Astra/ASII228
7.Chandra Asri/TPIA1677.Chandra Asri/TPIA1807.Chandra Asri/TPIA183
8.Sampoerna/HMSP1508.Sampoerna/HMSP1548.Sampoerna/HMSP152
9.Bank Jago/ARTO1399.Bank Jago/ARTO1399.Emtek/EMTK144
10.Emtek/EMTK13810.Emtek/EMTK13710.Bank Jago/ARTO142

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (7/5/2021)

Berdasarkan data di atas, mayoritas big cap masih mengalami penurunan market cap-nya, hanya satu saham yang market cap-nya masih cenderung menguat dan satu saham yang cenderung stagnan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih menjadi 'raja kapitalisasi pasar' hingga akhir pekan lalu, dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 781 triliun atau turun tipis Rp 1 triliun pada pekan lalu.

Selanjutnya, di posisi runner up masih diduduki oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 495 triliun, alias tak berubah dari pekan sebelumnya yang juga sebesar Rp 495 triliun.

Sementara untuk market cap PT Astra International Tbk (ASII) berhasil menyusuli market cap PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), di mana market cap UNVR pada akhir pekan lalu turun drastis Rp 18 triliun menjadi Rp 211 triliun. Sedangkan market cap ASII juga turun Rp 7 triliun menjadi Rp 216 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

NEXT: Sentimen Pasar Sepekan

Pada pekan lalu, pasar nasional masih didera kekhawatiran seputar penyebaran virus Covid-19 dari India, yang dikabarkan telah memicu penghentian aktivitas publik (lockdown) di Malaysia dan pengetatan aktivitas di Singapura.

Beberapa laporan juga menyebutkan warga negara India telah masuk ke Indonesia, baik dengan pesawat udara maupun laut. Kapal yang bersandar dari India di Riau diketahui dikemudikan oleh kapten dan awak kapal yang positif mengidap Covid-19.

Di sisi lain, pelaku pasar masih mencermati adanya ekspektasi mulai adanya pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diserukan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen.

Kebijakan moneter ketat, berupa kenaikan suku bunga acuan dan pengurangan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) berpeluang besar memicu capital outflow yang akan menekan aset keuangan dalam negeri mulai dari saham, obligasi hingga nilai tukar rupiah.

Kekhawatiran tersebut meningkat setelah Yellen menilai bahwa suku bunga acuan seharusnya dinaikkan untuk mencegah ekonomi AS kepanasan. "Ini bukan sesuatu hal yang saya prediksikan atau rekomendasikan," tuturnya.

Bank sentral AS juga mulai menjajaki peluang tersebut seperti yang disebutkan oleh Vice Chairman The Fed, Richard Clarida kepada CNBC International, yang menyebutkan bahwa perlu ada kemajuan tambahan selain pembaikan angka tenaga kerja di AS, dan kemudian bank sentral akan mengurangi kebijakan moneter longgar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular