
Mati-matian Tak PHK Pegawai, Begini Rapor Keuangan Bus Lorena

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor transportasi menjadi salah satu yang sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19, salah satunya termasuk perusahaan bus seperti PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA) lantaran berkurangnya aktivitas masyarakat.
VP President Director Lorena Transport Group LRNA, Eka Sari Lorena membeberkan kesulitan perusahaan di masa pandemi. Kesulitan itu mulai dari suku cadang atau spare parts mahal hingga mempertahankan para karyawan.
PT Eka Sari Lorena adalah perusahaan otobus penyedia layanan bus angkutan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dengan trayek jarak jauh di Indonesia. Didirikan tahun 1970 oleh keluarga GT Soerbakti, ayah Eka Sari. Perusahaan ini memiliki rute perjalanan yang melintang sepanjang pulau Sumatera, Jawa hingga Bali, dengan kantor perwakilan di 27 kota.
Berdasarkan laporan keuangan LRNA, beban berat yang disampaikan Eka Sari benar adanya. Hal ini mengingat kinerja perusahaan amat tertekan. Per September 2020 atau per kuartal III, Eka Sari Lorena mencetak rugi sebesar Rp 33,1 miliar.
Besaran kerugian pada kuartal III ini naik signifikan sebesar 1402% secara tahunan (year on year/YoY) dibanding dengan kerugian pada akhir September 2019 yang hanya senilai Rp 2,2 miliar.
Nilai kerugian per saham juga ikut naik menjadi senilai Rp 94,66 dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 6,3.
Membengkaknya kerugian ini sejalan dengan turunnya pendapatan perusahaan pada periode 9 bulan itu menjadi senilai Rp 47,54 miliar atau mengalami depresiasi 46,9% YoY. Pendapatan perusahaan pada periode yang sama tahun 2019 mencapai Rp 89,52 miliar.
Sepanjang kuartal III 2020, beban perusahaan mengalami penurunan. Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 56,7 milyar dari Rp 67,7 milyar.
Dari sisi aset, terjadi penurunan sebesar 8,51% menjadi Rp 276,8 miliar untuk kuartal III 2020, dari posisi yang sama tahun 2019 senilai Rp 302,6 milyar. Aset lancar tercatat Rp 27,5 miliar berkurang 27% dari Rp 38 miliar dan aset tak lancar pun mengalami penurunan menjadi Rp 249,3 miliar dari Rp 264,6 miliar.
Di pos liabilitas terjadi peningkatan 17,8% menjadi sebesar Rp 48,8 miliar dari posisi periode sebelumnya yang senilai Rp 41,4 milyar. Liabilitas jangka pendek tercatat senilai Rp 24,4 milyar dan liabilitas jangka panjang mencapai Rp 24,3 miliar.
Untuk ekuitas di akhir 2020 ditutup pada posisi Rp 228 miliar, berkurang dari Rp 302 miliar pada periode sebelumnya.
Di pasar modal, saham LRNA malah ditutup naik 3,89% di posisi Rp 187/saham. Sebulan terakhir saham ini naik 10% dan year to date minus 7% dengan kapitalisasi pasar Rp 65 miliar.
Meski performa belum membaik, Eka Sari menegaskan perseroan tetap berkomitmen menjaga SDM dan aset perusahaan.
"Kita tetap memelihara tim yang ada juga menjaga kendaraan yang dimiliki," jelas Eka Sari Lorea, dalam program Profit, CNBC Indonesia, Senin (29/3/2021).
Dia tidak menampik perusahaan memberhentikan 50% armada bus AKAP (antarkota antarprovinsi) karena minimnya perjalanan dari masyarakat. Paling tidak ada 150 bus yang tidak dioperasikan pada tahun ini
Di sisi lain, Managing Director Eka Sari Lorena Transport, Dwi Ryanta Soebakti menjelaskan strategi lain yang digunakan perusahaan untuk bertahan di masa pandemi dengan menggunakan belanja modal perusahaan.
"Memang dari awal, kami sudah membaca kalau ekonomi baru akan mulai rebound di semester dua tahun 2022. Capex 2020 kami gunakan untuk menambal kerugian selama 2020 karena pandemi," jelas.
Dwi menjelaskan juga efisiensi dari sisi operasional dengan mengurangi jumlah bus yang beroperasi sesuai demand masyarakat. Efisiensi dilakukan dari sisi biaya umum dan tidak langsung.
Terkait tenaga kerja, Lorena mengaku miliki struktur perusahaan yang ramping sehingga tidak ada PHK (pemutusan hubungan kerja) dari perusahaannya.
"Lorena Transport Tbk sangat lean dalam SDM," jelasnya.
Hanya saja, dampak pandemi di awal-awal Maret hingga Agustus tahun lalu sempat membuat perusahaan melaporkan dampak terhadap SDM.
Dalam surat keterbukaan informasi di BEI, 11 Agustus 2020, manajemen LRNA menyatakan jumlah karyawan pada Desember 2019 menapai 279 karyawan tetap dan tidak tetap.
Pada Agustus 2020 menjadi 203, dengan adanya PHK 42 pekerja. Lalu ada langkah merumahkan karyawan 100 orang dan 133 karyawan lainnya terkena dampak lainnya seperti pemotongan gaji.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mudik Dilarang, Begini Isi 'Dompet' Lorena-Blue Bird-Express
