Analisis

Mudik Dilarang, Begini Isi 'Dompet' Lorena-Blue Bird-Express

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
31 March 2021 07:50
Terminal Bus Pondok Cabe
Foto: Eka Sari Lorena/Twitter

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2020 menjadi tahun berat bagi masyarakat dunia, semua menerima konsekuensi dalam porsi tertentu akibat dampak pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.

Dari pedagang kecil yang sepi konsumen hingga kamar-kamar kosong di hotel bintang 5. Industri pariwisata mungkin menjadi sektor yang paling keras dihantam pandemi, apalagi mengingat pemerintah beberapa kali sempat melakukan pembatasan sosial, demi menjaga agar angka penularan Covid-19 masih pada batas wajar, sehingga tidak menyebabkan rumah sakit kewalahan.

Berada tidak jauh di belakang industri pariwisata adalah bisnis transportasi. Matinya sektor pariwisata ikut melumpuhkan bisnis transportasi umum, khususnya untuk trayek jarah jauh.

Dari maskapai penerbangan hingga bus antarkota antarprovinsi (AKAP) menanggung beban besar selama setahun lalu.

Setiap kebijakan yang diambil demi menjaga protokol kesehatan, tentu menambah beban yang harus mereka tanggung.

Apalagi masih seperti tahun lalu, pemerintah kini telah menyerukan larangan mudik Lebaran 2021. Larangan ini adalah bentuk pendirian pemerintah yang sebelumnya telah melakukan pemotongan cuti bersama tahun 2021, yang awalnya 7 hari menjadi sisa 2 hari saja. Dari 5 hari yang kena pangkas, 3 harinya adalah cuti bersama perayaan Idul fitri.

Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) Provinsi DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan saat ini sudah banyak bus AKAP yang menganggur, paling tidak 50% dari total di DKI Jakarta yang mencapai 20.000 unit sudah tidak beroperasi akibat pandemi Covid - 19.

"Walaupun tiap perusahaan berbeda, karena masih ada trayek-trayek bus AKAP yang masih digunakan masyarakat," jelasnya kepada jurnalis CNBC Indonesia, Kamis lalu (25/3/2021).

Ambruknya industri transportasi, khususnya trayek jauh terlihat jelas dalam laporan keuangan salah satu emiten yang juga fokus pada bus AKAP, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk. (LRNA), kendati penurunan bukan pada saat Covid-19 tapi sebelumnya sudah mencatatkan tren negatif.

Sementara itu, perusahaan PO (perusahaan otobus) lainnya belum tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga laporan keuangan belum bisa diakses publik.

Adapun dua perusahaan transportasi lainnya yakni PT Blue Bird Tbk (BIDR), PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI), dan PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA). Emiten yang terakhir disebut, bahkan sudah tidak menjalankan bisnis transportasi karena tak kuat bersaing dan memilih bisnis distribusi bahan bakar gas (BBG).

NEXT: Rapor LRNA-BIRD dan TAXI-ZBRA

Laporan keuangan LRNA kuartal III-2020 mencatat, operator bus AKAP Lorena ini mengalami penurunan pendapatan 46% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pengelola Taksi Express (TAXI) pun ikut mengalami penurunan pendapatan hingga 80% di tengah serbuan taksi online dan tumpukan utang.

Pada kuartal III 2020, TAXI memiliki jumlah total aset sebesar Rp 312,8 miliar, akan tetapi liabilitas membengkak hingga menjadi Rp 819,7 miliar menjadikan ekuitas perusahaan tersebut negatif Rp 506,8 miliar.

Liabilitas perusahaan ini tentu saja tidak bisa membaik dalam semalaman, apalagi beban utang yang kian menggunung ditambah lagi penerapan pembatasan sosial yang ketat.

Sama dengan TAXI, operator taksi paling besar di Indonesia Blue Bird (BIRD) pun ikut mengalami penurunan pendapatan hingga 47% di September 2020.

Meski begitu nasib BIRD mungkin terlihat sedikit lebih baik dari saingan bisnis mereka, dengan jumlah total aset Rp 7,4 triliun dan liabilitas Rp 2,19 triliun. Perusahaan taksi berwarna biru ini memiliki ekuitas Rp 5,2 triliun.

Sementara itu, Zebra Nusantara (ZBRA), operator taksi dengan pasar utama di Surabaya juga mengalami penurunan pendapatan sebesar 18%.

Penurunan ini tidak sebesar yang lain mengingat ZBRA adalah perusahaan paling kecil dari empat yang disebutkan di atas.

Secara rata-rata keempat perusahaan tersebut mengalami penurunan pendapatan 48% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan yang terus tergerus ditambah dengan beban usaha yang kian membengkak, menyebabkan banyak perusahaan yang bergerak di bisnis transportasi mengalami kerugian.

Pada kuartal III 2020 LRNA mengalami rugi Rp 33 miliar bertambah dari rugi Rp 2 miliar per September 2019. Pada Desember 2019, Lorena sudah lebih dahulu mencetak rugi bersih Rp 6,86 miliar dari rugi bersih 2018 yakni Rp 29,87 miliar.

Untuk TAXI, meski rugi Rp. 52,7 miliar, angka rugi ini lebih baik dari rugi di periode yang sama 2019 yakni Rp 452 miliar.

Sedangkan BIRD merugi sebesar Rp 157,8 miliar dari sebelumnya laba bersih Rp. 229,7 miliar. Kabar terbaru, BIRD merilis kinerja tahunan 2020, yakni rugi bersih Rp 161,35 miliar dari laba bersih 2019 sebesar Rp 314,57 miliar.

Adapun ZBRA mampu mencetak laba, hanya saja jumlahnya sangat kecil, hanya Rp 97 juta.

Kabar baik bagi ZBRA, perusahaan sudah mendapatkan investor baru, kakak kandung taipan Hary Tanoesoedibjo, Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo alias Rudy Tanoe, masuk menjadi pemegang saham terbesar lewat perusahaan ekspor impor produk farmasi miliknya PT Trinity Healthcare (THC).

Managing Director Eka Sari Lorena, Dwi Ryanta Soebakti, membeberkan ada 150 armada bus AKAP Lorena yang tidak dioperasikan karena menurunnya permintaan.

Fakta ini membuat posisi dilematis ada di tangan pemerintah.

Di satu sisi sektor transportasi kian terdampak. Di sisi lain kasus Covid-19 kian bertambah.

Selama idul fitri tahun lalu kasus rata-rata harian meningkat hingga 68-93%. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mengutarakan bahwa setiap kali liburan selalu ada peningkatan kasus antara 30-50% baik dari kasus terkonfirmasi positif maupun kasus aktif Covid-19.

Bahkan dampak dari kenaikan kasus pada masa libur Natal dan tahun baru lalu, jumlah kasus aktif Covid-19 sampai saat ini masih terus meningkat.

Perayaan idul fitri yang biasanya menjadi momen yang dinantikan oleh supir bus, kini mejadi salah satu waktu terburuk yang harus mereka hadapi. Jika sebelum pandemi terminal bus tidak pernah sepi menjelang libur Idul Fitri, sekarang hanya akan diisi oleh bus-bus kosong yang terparkir rapi.

Para pedagang di pasar terminal pun sudah bermigrasi, mencari mata pencaharian di tempat baru demi bertahan di masa pendemi.

Bagi para emiten-emiten transportasi, tentu harus putar otak bagaimana mencari sumber pendapatan guna mengisi biaya operasional tiap hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular