
Babak Belur! Rugi Emiten Bus Lorena Bengkak Jadi Rp 43 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten bus AKAPĀ (antarkota antarprovinsi), PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA), mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 43,01 miliar sepanjang tahun 2020. Kerugian ini melonjak hingga 527% atau naik 6 kali lipat dari rugi bersih tahun 2019 sejumlah Rp 6,85 miliar.
Peningkatan kerugian fantastis ini disebabkan oleh turunnya pendapatan perseroan menjadi hanya sebesar Rp 65,04 miliar, menciut 47,79% atau hanya separuh dari pendapatan tahun 2019 yang mencapai Rp 124,57 miliar.
Penurunan pendapatan terjadi di hampir semua sektor mulai dari bus AKAP, shuttle bus dan bus AKAP jarak pendek yang pendapatannya turun hingga separuh dari pendapatan tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan hanya terjadi pada sektor bus angkutan bandara, naik menjadi Rp 1,6 miliar.
Meskipun pendapatan perusahaan turun drastis, beban pokok perusahaan pada 2019 hanya berkurang sedikit, tercatat sebesar Rp 637,45 miliar. Angka ini hanya turun 11,39% menjadi Rp 596,74 pada tahun 2020. Besarnya biaya operasional dan turunnya pendapatan perusahaan menyebabkan kerugian yang dialami oleh Lorena semakin menjadi-jadi.
Buruknya kinerja dapur keuangan Lorena juga terlihat dari nilai aset perusahaan yang turun 10,62% menjadi sejumlah Rp 270,50 miliar dari yang semula sebesar Rp 302,63 miliar.
Aset ini terdiri dari aset lancar yang hanya sebesar 19,40 miliar dengan kas dan setara kas tercatat cuma Rp 886,45 juta. Sedangkan Rp 251,10 miliar sisanya merupakan aset tidak lancar.
Liabilitas perusahaan juga ikut naik 26,26% menjadi Rp 52,35 miliar dari yang semula hanya Rp 41,46 miliar, dengan kewajiban jangka pendek yang bertambah hingga 45,74% sebesar Rp 24,47 miliar. Sisanya Rp 28,07 miliar merupakan liabilitas jangka panjang.
Ekuitas perusahaan tercatat turun 16,47% menjadi Rp 218,15 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 261,17 miliar.
Dalam laporan keuangannya, manajemen Lorena menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah mengakibatkan menurunnya kegiatan di sektor ekonomi khususnya untuk transportasi.
Pihak manajemen juga menyampaikan "secara langsung dan tidak langsung, dampak ini tentunya juga akan mempengaruhi kegiatan operasional Entitas pada saat ini dan untuk beberapa bulan mendatang, bahkan beberapa waktu Entitas menghentikan sementara kegiatan operasionalnya karena tidak diperbolehkannya angkutan umum untuk beroperasi."
Pada penutupan perdagangan Jumat (4/6), saham LRNA ditutup di zona hijau, naik 1,05% ke level Rp 192/saham. Dalam sepekan saham ini terkoreksi 1,03% dan selama sebulan tumbuh 4,92%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mati-matian Tak PHK Pegawai, Begini Rapor Keuangan Bus Lorena
