Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Market Cap BCA Turun, Diam-diam Emtek Geser Bank Jago!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
29 March 2021 12:48
Bank BCA
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri pekan lalu dengan melesat 1,19% ke level 6.195,56 di Jumat (26/3). Walaupun berhasil ditutup melesat pada perdagangan akhir pekan lalu, namun sepanjang pekan lalu, IHSG ternyata ambles.

Pekan lalu (22-26 Maret), IHSG melemah 2,53% secara point-to-point. Mengawal pekan di posisi 6.300-an, IHSG finis di kisaran 6.100.

Namun IHSG tidak sendiri. Berbagai indeks saham utama Asia pun mengalami koreksi yang lumayan parah. Meski begitu, koreksi 2,53% membuat IHSG jadi yang terlemah di Asia.

Data pasar mencatat, dalam sepekan nilai transaksi mencapai Rp 53,6 triliun. Investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 791 miliar di pasar reguler.

Alhasil akibat IHSG melemah pada pekan lalu dan aksi jual investor asing, nilai kapitalisasi pasar 10 terbesar (big cap) kembali turun.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir pekan lalu, Jumat (26/3), total dari 10 besar kapitalisasi pasar saham-sahambig capturun menjadi Rp 3.108 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten26 Maret 2021No.Emiten19 Maret 2021No.Emiten12 Maret 2021
1Bank Central Asia/BBCA7831Bank Central Asia/BBCA8251Bank Central Asia/BBCA826
2Bank Rakyat Indonesia/BBRI5762Bank Rakyat Indonesia/BBRI5702Bank Rakyat Indonesia/BBRI559
3Telkom/TLKM3463Telkom/TLKM3413Telkom/TLKM342
4Bank Mandiri/BMRI2974Bank Mandiri/BMRI3134Bank Mandiri/BMRI311
5Unilever/UNVR2525Unilever/UNVR2585Unilever/UNVR256
6Astra/ASII2276Astra/ASII2346Astra/ASII222
7Chandra Asri/TPIA1947Chandra Asri/TPIA1967Chandra Asri/TPIA189
8Sampoerna/HMSP1608Sampoerna/HMSP1798Sampoerna/HMSP167
9Emtek/EMTK1379Bank Jago/ARTO1449Bank Jago/ARTO122
10Bank Jago/ARTO13610Emtek/EMTK12210Emtek/EMTK121

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (26/3/2021)

Berdasarkan data di atas, mayoritas mengalami penurunan market cap. Hanya tiga saham yang market cap-nya masih mengalami kenaikan.

Seperti pada pekan-pekan sebelumnya, posisi pertama masih diduduki oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 783 triliun. Namun pada pekan lalu, market cap BBCA menjadi yang terbesar dalam pelemahan market cap BEI pekan lalu, yakni turun sebesar Rp 42 triliun

Selanjutnya, di posisi kedua masih juga dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai market cap-nya sebesar Rp 576 triliun atau naik Rp 6 triliun.

Sedangkan, market cap PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) kembali menyusuli market cap PT Bank Jago Tbk (ARTO), di mana market cap EMTK naik sebesar Rp 15 triliun menjadi Rp 137 triliun. Sedangkan market cap ARTO turun Rp 8 triliun menjadi Rp 136 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

NEXT: Analisis Pasar, IHSG 'Berdarah-darah'

Pekan lalu, pasar keuangan Asia (dan seluruh dunia) masih tertekan karena investor fokus ke pasar obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Imbal hasil (yield) surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden memang masih relatif tinggi.

Pada Sabtu (27/3/2021) pukul 05:43 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 1,6742%. Naik 6,02 basis poin (bp) dibandingkan hari sebelumnya. Sepanjang 2021, yield instrumen ini melonjak 76,22 bp.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS tidak lepas dari ekspektasi inflasi. Ekonomi Negeri Paman Sam sepertinya pulih lebih cepat setelah terpukul hebat oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19).

Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memperkirakan ekonomi Negeri Adidaya pada 2021 tumbuh 6,5%. Jauh lebih baik dari perkiraan sebelumnya yaitu 4,2%.

"(Pertumbuhan ekonomi) akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, dalam Rapat Kerja dengan Kongres baru-baru ini.

Apalagi pemerintahan Biden akan segera menggelontorkan stimulus fiskal, kemungkinan bisa dimulai pada pekan ini. Salah satu program dalam stimulus ini adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga negara AS berpenghasilan kurang dari US$ 75.000/tahun atau pasangan dengan gabungan pendapatan di bawah US$ 150.000/tahun.

Pemulihan ekonomi akan menciptakan permintaan sehingga mendorong laju inflasi. The Fed memperkirakan inflasi pada akhir 2021 adalah 2,4%, lebih tinggi ketimbang perkiraan sebelumnya yaitu 1,8%.

Ketika laju inflasi semakin cepat, maka kemungkinan The Fed akan merespons dengan mulai mengetatkan kebijakan moneter. Ada potensi suku bunga acuan naik lebih cepat, bukan 2023 seperti perkiraan semula.

Pelaku pasar pun mulai berekspektasi tinggi, dengan memperkirakan suku bunga acuan naik tahun ini. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan Federal Funds Rate naik 25 bp menjadi 0,25%-0,5% pada Desember 2021 adalah 6,5%.

Pergerakan yield sangat sensitif terhadap suku bunga. Ketika ada ekspektasi suku bunga akan naik, maka yield akan mengikuti. Inilah yang sedang terjadi.

"Kami tidak yakin ini adalah garis finis untuk obligasi pemerintah AS, masih bisa lanjut terus," sebut riset Citi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BCA Kokoh di Puncak, Market Cap Bank Mandiri Salip Telkom

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular