Nasib Bank Mini, Dibuang Investor Ritel yang Balik ke Big Cap

Aldo Fernando & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
19 March 2021 10:00
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham bank mini (bank dengan modal inti Rp 1-5 triliun) kembali berguguran pada awal perdagangan sesi I hari ini, Jumat (19/3/2021). Beberapa di antara saham tercatat tersebut menyentuh auto rejection bawah (ARB).

Berikut gerak saham-saham bank mini pada pagi ini, pukul 09.35 WIB

  1. Bank Maspion Indonesia (BMAS), saham -6,94%, ke Rp 1.140, transaksi Rp 68 juta

  2. Bank Artha Graha Internasional (INPC), -6,92%, ke Rp 242, transaksi Rp 190 juta

  3. Bank Bumi Arta (BNBA), -6,80%, ke Rp 2.880, transaksi Rp 787 juta

  4. Bank Ganesha (BGTG), -6,74%, ke Rp 166, transaksi Rp 10 M

  5. Bank IBK Indonesia (AGRS), -6,67%, ke Rp 700, transaksi Rp 61 juta

  6. Bank Victoria International (BVIC), -6,42%, ke Rp 204, transaksi Rp 471 juta

  7. Bank Amar Indonesia (AMAR), -5,81%, ke Rp 324, transaksi Rp 760 juta

  8. Bank Neo Commerce (BBYB), -5,26%, ke Rp 540, transaksi Rp 2 M

  9. Bank Oke Indonesia (DNAR), -4,96%, ke Rp 230, transaksi Rp 1 M

  10. Bank MNC Internasional (BABP), -4,21%, ke Rp 91, transaksi Rp 2 M

  11. Bank Bisnis Internasional (BBSI), -2,54%, ke Rp 1.725, transaksi Rp 564 juta

  12. Bank Capital Indonesia (BACA), -2,31%, ke Rp 635, transaksi Rp 17 M

  13. Bank Harda Internasional (BBHI), -1,57%, ke Rp 1.565, transaksi Rp 8 M

  14. Bank Jago (ARTO), 0,47%, ke Rp 10.550, transaksi Rp 20 M

  15. Bank Ina Perdana (BINA), 0,38%, ke Rp 1.305, transaksi Rp 190 juta

Dari daftar di atas, terdapat lima saham bank mini yang menyentuh ARB, yakni BMAS, INPC, BNBA, BGTG dan AGRS.

Saham BMAS tercatat paling ambles di antara saham lainnya, sebesar 6,94% ke Rp 1.140/saham. Nilai transaksi BMAS sebesar Rp 68 juta.

Hari ini, BEI kembali membuka suspensi saham BMAS, setelah sebelumnya dihentikan perdagangan sahamnya secara sementara pada 8 Maret 2021.

Otoritas bursa menggembok BMAS setelah terjadi peningkatan harga saham secara signifikan dalam beberapa hari terakhir. Meskipun terkoreksi sampai ARB pada pagi ini, saham BMAS masih melesat 121,36% selama sebulan terakhir.

Sebelumnya, manajemen BMAS menyangkal rencana masuk ke bank digital dan adanya akuisisi oleh unicorn, hal ini disampaikan dalam keterbukaan informasi perusahaan pada 2 dan 8 Maret lalu.

Adapun soal rencana pembelian saham oleh Bank Thailand yang sudah dimulai sejak April tahun lalu, pihak BMAS mengatakan Kasikorn Vision Company Limited akan melakukan pembelian saham yang saat ini dimiliki oleh existing shareholders.

Kasikorn Vision adalah anak usah Kasikorn Bank Public Company Limited (KBank) yang saat ini menguasai saham BMAS 9,99%.

Bank milik pengusaha Alim Markus ini juga akan mengeluarkan 2,28 miliar saham baru untuk memperkuat modal perusahaan.

Di posisi kedua, INPC juga ambrol hingga ARB 6,92% ke Rp 242/saham. Transaksi saham INPC tercatat senilai Rp 190 juta.

Dengan demikian, INPC sudah anjlok selama empat hari berturut-turut, setelah suspensi saham dibuka oleh BEI pada Senin (15/3).

Sebagai informasi, BEI menghentikan sementara perdagangan saham INPC pada 4 Maret 2021 seiring terjadinya peningkatan harga kumulatif pada saham tersebut.

Adapun dalam sebulan INPC sudah melejit 139,60%.

Dalam keterangan kepada pihak bursa, pada 8 Maret lalu, pihak INPC menegaskan belum memiliki rencana untuk masuk dalam bank digital.

Selain itu, manajemen INPC menjelaskan, hingga saat ini tidak ada unicorn yang berencana 'mencaplok' perusahaan. Perseroan juga akan bekomitmen memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun sebelum Desember 2022.

Untuk itu, pada Juni tahun ini, pihak INPC akan menerbitkan long term notes (LTN) Subordinasi I Tahap II senilai Rp 300 miliar untuk ekspansi usaha perusahaan.

Para pelaku pasar tampaknya mulai keluar dan melakukan aksi ambil untung alias profit taking dari saham-saham bank mini dengan modal inti antara Rp 1-5 triliun (BUKU) dalam beberapa waktu terakhir.

Sebelumnya, dalam beberapa minggu terakhir saham-saham bank mini mengalami kenaikan yang luar biasa. Kenaikan tersebut digerakkan oleh sentimen narasi bank digital dan terkait konsolidasi perbankan sebagai konsekuensi dari aturan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020.

Peraturan tersebut mengharuskan bank untuk memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022. Dengan aturan tersebut, bank-bank dengan modal cekak harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal.

Informasi saja, sejumlah bank mini sudah memberikan tanggapan terkait isu bank digital melalui keterbukaan informasi di website BEI. BBHI, BACA dan BBYB, misalnya, berencana untuk masuk ke bank digital.

Namun, ada juga sejumlah bank mini lainnya yang menyangkal akan bertransformasi menjadi bank digital, seperti BGTG dan Bank Maspion (BMAS). Adapun Bank Jago (ARTO) dan Bank Amar Indonesia (AMAR) sudah tercatat menjadi bank digital saat ini.


(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular