Internasional

Dag Dig Dug Duer! Tak Cuma The Fed, BOJ juga Bikin Jantungan

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
16 March 2021 13:22
Bank of Japan
Foto: Kantor Bank Sentral Jepang (Dokumentasi CNBC International)

Jakarta, CNBC IndonesiaBank Sentral Jepang atau The Bank of Japan (BOJ) akan mengumumkan hasil review kebijakan moneter teranyar pada Jumat pekan ini (19/3/2021)

Pengumuman itu diyakini bakal membuat kebijakan BoJ lebih sustainable di saat pukulan terhadap ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah menyulitkan bank sentral mengejar target inflasi 2%.

Pejabat BoJ menekankan review itu tidak dimaksudkan untuk melonggarkan atau memperketat kebijakan moneter. Tujuannya justru agar bank sentral menjadi lebih 'gesit'.

"Seperti petinju yang gagal lolos dari knock out (KO), BoJ harus berjuang keras untuk mencapai target inflasi 2%. Tujuan dari tinjauan kebijakan ini adalah untuk mengambil jeda, mendapatkan kembali kendali, dan menyusun rencana demi meraih kemenangan," tulis pejabat BoJ dikutip Financial Times, Selasa (16/3/2021).

Tatkala hendak mengumumkan hasil review kebijakan moneter per Jumat (19/3/2021), BoJ bermaksud mempertahankan semua stimulus yang diluncurkan sang gubernur Haruhiko Kuroda pada 2013, yang mana membuat neraca keuangan bank sentral ini membengkak menjadi 135% dari PDB Jepang. BoJ juga menguasai 7% dari pasar ekuitas Jepang.

Akan tetapi, review kebijakan itu juga dapat membuka jalan bagi BoJ dalam pembelian obligasi dan ekuitas ketika pasar sedang tenang sambil melakukan intervensi secara agresif selama pasar bergejolak.

Hal itu akan memberikan lebih banyak ruang bagi harga untuk berfluktuasi sekaligus menjawab kritik bahwa intervensi 'tangan besi' telah menghancurkan fungsi pasar.

"Meskipun fluktuasi suku bunga yang signifikan dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan, fluktuasi dalam kisaran tertentu dapat berdampak positif terhadap fungsi pasar JGB [Japan Government Bond] tanpa kehilangan efek pelonggaran moneter," ujar Masayoshi Amamiya, Wakil Gubernur BoJ.



Melansir Reuters, Selasa (16/3/2021), terdapat kemungkinan sejumlah kebijakan BoJ berubah. Berikut adalah penjelasannya.

a. Panduan terkait pembelian exchange-traded funds (ETF), Sangat Mungkin

Khawatir dengan pembengkakan kepemilikan aset berisiko, BoJ ingin lebih fleksibel dalam pembelian reksa dana yang bisa diperdagangkan di bursa saham alias exchange traded fund (ETF) tatkala market sedang tenang. Hal itu akan memberikan BoJ ruang yang lebih besar untuk meningkatkan pembelian ETF ketika gejolak pasar mengancam ekonomi Jepang.

BOJ juga dapat menghapus kebijakan terkait pembelian ETF, yang mana bisa meningkatkan pembelian ETF dari 6 triliun yen hingga 12 triliun yen.

b. Fine Tune Operation terhadap yield curve control (YCC), Sangat Mungkin

BoJ telah berhasil menjaga suku bunga acuan dalam kisaran yang ketat di bawah kendaliYCC (yield curve control). Namun, kebijakan itu menuai kritik karena likuiditas pasar mengering sekaligus mendistorsi harga. YCC bisa diartikan kerangka kebijakan di mana BoJ akan berusaha mengendalikan kemiringan Yield Curve alias kurva imbal hasil obligasi.

Untuk mengatasi kekhawatiran itu, BOJ akan membiarkan mekanisme pasar mendorong harga obligasi. Tantangannya adalah bagaimana yield tidak naik terlalu tinggi.

BOJ kemungkinan akan memberikan panduan yang lebih terang perihal tingkat fluktuasi yield. Bentuknya mungkin dalam rentang yang longgar di sekitar target 0%, ditambah kata-kata tidak akan mentolerir lonjakan yield.

Sebagai informasi gerak harga dan yield obligasi bergerak berkebalikan. Harga obligasi naik, maka yield obligasi turun, sebaliknya harga obligasi turun, maka yield naik.

c. Modifikasi sistem cadangan bertingkat BoJ, Kemungkinan Dilakukan

Banyak pelaku pasar yang meyakini BoJ tidak dapat memperdalam kebijakan suku bunga negatif. Ini karena kebijakan itu selama ini menghadirkan keuntungan pada lembaga keuangan.

BoJ akan berusaha untuk menghilangkan pandangan seperti itu dan meyakinkan pasar bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi. Caranya dengan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi efek samping dari suku bunga negatif.

Salah satu ide yang muncul adalah mengubah sistem deposit tier tiga untuk membebaskan porsi cadangan yang lebih besar dari suku bunga negatif.

BoJ juga dapat menjanjikan langkah-langkah tambahan yang dapat diambil ketika memperdalam kebijakan suku bunga negatif, seperti memperkenalkan skema pinjaman sebagai 'hadiah' bagi bank yang meminjam uang dari BOJ.

d. Membeli atau menerima aset ramah lingkungan sebagai jaminan, Kemungkinan Tidak Dilakukan

BoJ menyatakan peninjauan kebijakan itu bertujuan untuk membuat kebijakan bank sentral lebih efektif. Hal itu diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

BoJ diyakini dapat membeli atau menerima aset 'hijau' yang ramah lingkungan sebagai jaminan untuk skema pinjamannya. Hal itu sesuai dengan strategi pertumbuhan 'hijau' yang digadang-gadang PM Yoshihide Suga.

Namun, Wakil Gubernur Bank Sentral BoJ Masazumi Wakatabe menampik gagasan itu. Wakatabe bilang kalau di luar review kebijakan yang sedang dilakukan BoJ.


e. Mengubah YCC, Kemungkinan Tidak Dilakukan

BoJ telah menjelaskan kalau ada kebijakan yang tidak berubah setelah review kebijakan Maret ini. YCC tidak akan berubah, sebagaimana target inflasi 2%, dan mempertahankan ultra-easy policy sampai inflasi stabil melebihi 2%.

Itu berarti peninjauan ini akan lebih menyempurnakan kerangka kebijakan BoJ saat ini agar lebih berkelanjutan. Bank sentral, bagaimanapun, dapat menawarkan panduan yang lebih jelas terkait berapa lama BoJ mempertahankan suku bunga rendah atau pada momen apa bank sentral dapat mempertahankannya.


(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suku Bunga di Jepang Minus 0,1%, BoJ Bakal Pangkas Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular