Lawan Arus Barat! Bank Sentral Jepang Terus "Suntik" Duit

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 June 2022 13:25
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - "Tsunami" inflasi yang melanda berbagai negara, terutama di negara Barat membuat bank sentralnya terus mengerek suku bunga yang menyerap likuiditas di perekonomian. Beberapa bank sentral di Asia Pasific juga melakukan hal yang sama. Namun, langkah berbeda diambil bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang justru masih terus "menyuntikan" duit.

Bank sentral pimpinan Haruhikko Kuroda ini justru menyatakan siap mengucurkan stimulus tambahan jika diperlukan. Hal tersebut tersurat dalam rilis notula rapat kebijakan moneter BoJ Edisi Juni.

Hal ini tidak lepas dari inflasi, tanpa item energi masih sangat rendah.

Dalam pengumuman kebijakan moneter Jumat pekan lalu, BoJ mempertahankan suku bunga sebesar minus (-) 0,1%, dan yield curve control (YCC), dimana obligasi tenor 10 tahun imbal hasilnya dijaga dekat 0%.

Dengan kebijakan YCC, ketika imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menjauhi 0%, maka BoJ akan melakukan pembelian. Artinya, "menyuntikkan" likuiditas ke perekonomian.

Kebijakan tersebut membuat nilai tukar yen terus merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level terlemah dana nyaris seperempat abad. Sebabnya, selisih (spread) yang semakin melebar dengan bank sentral AS (The Fed).

The Fed pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, menjadi 1,5% - 1,75%. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1994, dan di bulan depan juga berpeluang melakukan hal yang sama. 

Di akhir tahun ini, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di kisaran 3.25% - 3,5%.

Jebloknya nilai tukar yen tersebut juga menjadi sorotan BoJ. Dalam notula yang dirilis hari ini, beberapa pejabat BoJ melihat nilai tukar yen yang merosot terlalu dalam bisa membahayakan bagi perekonomian.

Yen yang sepanjang tahun ini sudah merosot lebih dari 18% melawan dolar AS menjadi diskusi utama dalam rapat kebijakan moneter pekan lalu.

Salah satu anggota dewan BoJ berpendapat jika pelemahan yen saat ini justru menguntungkan bagi perekonomian Jepang. Negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia ini memang mengandalkan ekspor dalam memutar perekonomiannya.

Ketika nilai tukar yen melemah, maka harga produk Jepang akan menjadi lebih kompetitif, sehingga bisa mendongkrak ekspor.

Meski pelemahan yen tengah menjadi sorotan utama, mayoritas anggota BoJ sepakat untuk terus mempertahankan stimulus moneter, sebab inflasi di luar item energi masih rendah.

Hal ini menjadi indikasi, suku bunga negatif masih akan diterapkan BoJ dalam waktu yang cukup lama.

Inflasi di Jepang pada bulan April sebenarnya sudah mencapai 2 sesuai dengan target bank sentral. Tetapi, Kuroda mengatakan, kebijakan moneter BoJ masih belum akan berubah sampai kenaikan inflasi yang terjadi dipicu oleh demand yang kuat diikuti dengan kenaikan upah pekerja.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BoJ Tak Ikut Tren, Suku Bunga KPR di Jepang Cuma 2,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular