
Bank Sentral Jepang Tahan Bunga -0,1%, Tak Takut Inflasi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dengan bank sentral utama lainnya, Bank of Japan (BoJ) masih terus mempertahankan suku bunganya di rekor terendah. Inflasi di Jepang memang sudah mulai menanjak tetapi belum setinggi negara Barat sehingga BoJ punya ruang mempertahankan suku bunga rendah lebih lama.
Tetapi masalah muncul dari nilai tukar yen yang terus merosot akibat selisih suku bunga dengan Amerika Serikat (AS) yang semakin melebar.
Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, BoJ di bawah pimpinan Haruhiko Kuroda mempertahankan suku bunga sebesar minus (-) 0,1%, dan yield obligasi tenor 10 tahun dekat 0%.
"Ada spekulasi BoJ akan merubah kebijakanya guna meredam pergerakan yen, tetapi jawabannya tidak," kata Shotaro Kugo, ekonom di Daiwa Institute Reserch, sebagaimana dilansir Reuters.
Alhasil, nilai tukar yen kembali merosot 1,5% ke JPY 134,13/US$ pada pukul 13:00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang tahun ini, yen sudah jeblok lebih dari 16%.
Merosotnya yen bisa berdampak buruk bagi perekonomian Jepang, inflasi bisa meroket yang pada akhirnya memukul konsumsi rumah tangga. Produk domestik bruto (PDB) terancam merosot, resesi kembali membayangi meski suku bunga rendah masih dipertahankan.
Oleh karena itu, BoJ menyatakan akan memperhatikan pergerakan yen.
"Kami akan memperhatikan dengan seksama dampak dari pergerakan nilai tukar ke perekonomian," tulis BoJ dalam keterangan resminya.
Inflasi inti di Jepang saat ini mencapai 2,1% (year-on-year/yoy) pada Apri lalu, sudah mencapai target BoJ sebesar 2%. Namun kenaikan tersebut terjadi akibat tingginya biaya (cost push) bukan berdasarkan peningkatan permintaan (demand pull) yang berasal dari peningkatan upah pekerja.
Hal yang sama juga terjadi di negara-negara lain, bahkan inflasinya sangat tinggi.
Kemarin, ada 3 bank sentral utama yang menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.
Bank sentral AS (The Fed) bertindak lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, terbesar sejak 1994, menjadi 1,5% - 1,75%.
Bank sentral paling powerful di dunia ini semakin agresif dalam menaikkan suku bunga.
The Fed di bulan depan juga akan menaikkan suku bunga 50 - 75 basis poin, dan di akhir tahun akan berada di kisaran 3,25% - 3,5%.
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SBN) mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuannya menjadi minus (-) 0,25% dari sebelumnya - 0,75% atau naik 50 basis poin. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak September 2007.
Langkah tersebut terbilang mengejutkan, sebab para ekonom memperkirakan suku bunga baru akan dinaikkan pada September dan sebesar 25 basis poin saja.
"Langkah SNB menunjukkan kondisi secara umum, meski banyak bank sentral yang sebelumnya bersikap dovish kini mulai cemas terhadap inflasi. Gambar besarnya, bank sentral khawatir menjadi behind the curve (inflasi yang tinggi) dan perlu segera meredamnya," kata Jan Van Gerich, kepala analis di Nordea, sebagaimana dilansir Reuters.
Kemudian bank sentral Inggris menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,25%. Dari 9 anggota komite kebijakan moneter (Monetary Policy Committee/MPC), semuanya sepakat untuk menaikkan suku bunga, tetapi 3 anggota memilih menaikkan sebesar 50 basis poin.
BoE hingga saat ini sudah 5 kali menaikkan suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BoJ Tak Ikut Tren, Suku Bunga KPR di Jepang Cuma 2,5%
