
Kerja, Kerja, Kerja! Minggu Depan Banyak yang Kudu Diwaspadai

Kedua, masih dari dalam negeri, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Maret 2021 pada 17-18 Maret 2021. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega mempertahankan suku bunga acuan di 3,5%.
Dalam RDG bulan lalu, Gubernur Perry dengan jelas menyatakan bahwa ruang penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah menyempit. Sejak tahun lalu, suku bunga acuan sudah dipotong 150 bps.
Mungkin BI masih ingin memonitor sejauh mana transaksi pelonggaran kebijakan moneter terhadap suku bunga di level perbankan. Suku bunga simpanan sudah turun, bahkan lebih tajam ketimbang penurunan suku bunga acuan. Namun suku bunga kredit hanya turun seiprit.
Per Januari 2021, rata-rata suku bunga deposito tenor satu bulan di bank komersial adalah 4,07% per tahun. Dibandingkan Januari 2020, sudah turun 190 bps. Dalam periode yang sama, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) hanya turun 87 bps. Jadi buat apa BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan lagi kalau dampak ke suku bunga kredit masih belum optimal?
Selain itu, BI tentu juga mewaspadai tren depresiasi nilai tukar rupiah. Tidak hanya pekan ini, pelemahan rupiah adalah tema sepanjang 2021.
Sejak akhir 2020 (year-to-date), rupiah sudah melemah 2,42% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.
Menaikkan suku bunga jelas tidak mungkin karena ekonomi sedang kontraksi, menciut, mengkerut. Opsinya adalah menahan atau menurunkan. Namun kalau suku bunga diturunkan, imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut berkurang. Berinvestasi di Indonesia jadi kurang menarik sehingga rupiah bisa semakin melemah. Oleh karena itu, mempertahankan suku bunga acuan menjadi pilihan yang paling rasional demi menjaga rupiah.
(aji/aji)