Update Kabar Pasar, Ini 8 Informasi Penting untuk Disimak

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 March 2021 08:40
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual pelaku pasar asing memaksa laju bursa saham domestik keluar dari zona hijau pada perdagangan Kamis kemarin. Ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,3% ke posisi 6.290,79 poin pada perdagangan kemarin, Kamis (4/3/2021).

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi harian kemarin mencapai Rp 13,97 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,55 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan jual bersih senilai Rp 17,70 miliar. Sedangkan, bila diakumulasi sejak awal tahun ini, net buy asing mencapai Rp 15,16 triliun.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (5/3/2021). Ada beberapa kabar penting yang bisa menjadi informasi awal untuk investor bertransaksi hari ini.

1. Ada BUMN Raksasa Mau IPO Senilai Rp 7 T

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) holding pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) atau geothermal pelat merah akan dilaksanakan tahun ini.

Meski demikian masih belum ditentukan kapan tanggal pasti aksi korporasi ini dieksekusi.

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan IPO akan dilaksanakan oleh perusahaan hasil penggabungan tiga PLTP pelat merah tersebut. "Direncanakan tahun 2021. Timing masih dilihat. Yang di-IPO ada perusahaan hasil penggabungannya," kata Pahala kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/3/2021).

2.Pertamina Siapkan Rp 45 T Bangun Pabrik Baterai, Demi Tesla?

PT Pertamina (Persero) memperkirakan butuh investasi sekitar US$ 3,2 miliar atau sekitar Rp 45 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$) untuk membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini. Emma mengatakan, proyek ekosistem baterai kendaraan listrik ini masuk menjadi salah satu dari empat tambahan proyek strategis inisiatif perseroan hingga 2029 mendatang.

"Untuk proyek ekosistem EV battery (baterai kendaraan listrik) diperkirakan nilai capex mencapai US$ 3,2 miliar," ungkapnya dalam webinar 'Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund', Kamis (04/03/2021).

Dia mengatakan, karena besarnya investasi tersebut, perseroan berencana mencari pendanaan melalui project financing, kemitraan, dan juga mengajukan dana dari Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA).

3. Perhatian Ritel! BSI Mau Tambah Saham Baru, Ini Bocorannya

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), Hery Gunardi menyatakan saat ini masih menunggu arahan dari pemegang saham pengendali maupun Kementerian BUMN terkait rencana memenuhi ketentuan saham beredar (free float) BSI minimal 7,5%.

Pasalnya, berdasarkan prospektus penggabungan ketiga bank BUMN Syariah yakni, PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS), pemegang saham publik hanya akan tersisa sebesar 4,4% dari sebelumnya 18,47%, sehingga belum bisa memenuhi ketentuan free float minimal 7,5%

"Kami masih menunggu arahan dari pemegang saham pengendali maupun ultimate shareholder, dalam hal ini Kementerian BUMN, mungkin mereka punya pandangan lain apakah akan lebih banyak atau ikuti aturan berlaku, kita tunggu," kata Hery Gunardi, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (4/3/2021) di program Power Lunch.

4. Gelar PE Insidentil, Bank Harda Siap Jadi Bank Digital!

Emiten bank yang diakuisisi Mega Corpora milik Chairul Tanjung, PT Bank Harda Internasional (BBHI) menyelenggarakan paparan publik atau public expose (PE) insidentil hari ini, Kamis (4/3/2021).

PE insidentil dilakukan setelah saham BBHI disuspensi atau dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dua kali dalam minggu ini. Pertama, saham BBHI 'digembok' bursa pada Senin (1/3). Setelah sempat dibuka Rabu kemarin (3/3), hari ini (4/3), BBHI disuspensi lagi bersamaan dengan enam bank mini (bank BUKU II) lainnya.

Dalam materi PE Insidentil perusahaan yang diunggah di situs BEI, manajemen BBHI menjelaskan perseroan berencana akan menjadi sebuah bank digital. Rencana ini akan dilakukan setelah proses akuisisi oleh Mega Corpora selesai.

5. Moncer! Perusahaan Kimia Prajogo Pangestu Cetak Laba Rp 730 M

Emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencetak kinerja positif pada 2020. Emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini membukukan laba bersih sebesar US$ 51,35 juta atau setara dengan Rp 729,56 miliar (Kurs US$ 1 = Rp 14.207) sepanjang tahun lalu.

Angka tersebut melesat 124,42% dari perolehan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 22.882.000 atau Rp 325,08 miliar. Namun sayang, peningkatan laba bersih tersebut dibarengi dengan penurunan pendapatan bersih TPIA pada periode yang sama. TPIA mencatatkan pendapatan bersih US$ 1,80 miliar atau Rp 25,66 triliun pada 2020, merosot 3,96% dari US$ 1,88 miliar atau Rp 26,72 triliun pada tahun sebelumnya.

Pendapatan bersih pada tahun lalu tersebut disumbang oleh penjualan lokal sebesar US$ 1,3 miliar atau Rp 18,48 triliun, kemudian penjualan luar negeri US$ 496,31 juta atau Rp 7,05 triliun. Selain itu, kontribusi lainnya dari sewa tangki dan dramaga senilai US$ 9,4 juta atau Rp 133,63 miliar.

Selain itu, beban pokok pendapatan tercatat merosot US$ 1,64 miliar atau Rp 23,31 triliun pada tahun 2020, turun 4,00% dari US$ 1,7 miliar atau Rp 24,29 triliun pada tahun 2019.

6. Masih Berdarah-darah, FREN di 2020 Rugi Rp 1,52 T

Emiten telekomunikasi Grup Sinarmas, PT Smartren Telecom Tbk (FREN), masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,52 triliun sepanjang tahun 2020.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan Smartfren, Kamis (4/3/2021), perolehan kerugian bersih tersebut sedikit membaik dari tahun 2019 yakni sebesar Rp 2,18 triliun. Perolehan tersebut membuat rugi per saham dasar perseroan berkurang menjadi minus 4,92 per saham dari sebelumnya minus Rp 7,07 per saham.

Sepanjang tahun lalu, emiten bersandi FREN ini mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp9,40 triliun, meningkat 34,63% dibanding tahun 2019 sebesar Rp 6,98 triliun.

Kenaikan pendapatan tersebut diiringi oleh meningkatnya beban usaha FREN menjadi Rp 10,16 triliun, lebiih tinggi 9,36% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 9,29 triliun. Dengan demikian, rugi usaha FREN membaik menjadi Rp 784,67 miliar dari tahun sebelumnya Rp 2,30 triliun.

7. Terungkap! Rupanya Ini Investor Pemborong Rp 2 T Saham CENT

Jelang pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) terungkap siapa pembeli saham CENT di transaksi jumbo di pasar negosiasi yang terjadi pada perdagangan, Rabu (24/2/2021).

Melalui keterbukaan informasi, tercatat perusahaan asal Singapura EP ID Holdings Pte Ltd menggunakan UOB Kay Hian sebagai Bank Kustodian melakukan pembelian saham CENT sebanyak 11,9 miliar lembar.

Pembelian dilakukan di harga Rp 168/unit sehingga dana yang digelontorkan mencapai Rp 2 triliun dengan tujuan investasi. Jumlah ini sendiri merupakan 38,3% saham CENT. Selain itu, tercatat Northstar Group besutan Patrick Walujo dan Glenn Sugita yang menjadi pengendali CENT melalui Clover Universal Enterprise, juga menambah kepemilikan saham CENT dari sebelumnya 41,8% menjadi 45,69%.

8. 7 Saham Bank Mini Kena Suspensi, Ini Daftarnya

Bursa Efek Indonesia (BEI) serempak menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham sebanyak tujuh bank mini (bank umum dengan modal antara Rp 1-5 triliun) setelah harga saham bank-bank tersebut bergerak secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir.

Sebanyak tujuh bank tersebut yang disuspensi mulai perdagangan sesi I, Kamis ini (4/3/2021) di pasar reguler dan tunai ialah PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS), dan PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA).

Lainnya yakni PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC). Di hari sebelumnya, Rabu (3/3), BEI melakukan suspensi terhadap saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG). Khusus untuk Bank Artha Graha dan BACA juga dilakukan suspensi untuk warannya.

"Bursa menghimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan," tulis BEI, Kamis (4/3).


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berburu Cuan Awal Pekan, Jangan Lupa 8 Kabar Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular