Jatuh 1% Lebih, Rupiah Sentuh Level Terlemah 2021

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2021 15:41
Ilustrasi Dollar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (26/2/2021), hingga menyentuh level terlemah di tahun ini.

Memburuknya sentimen pelaku pasar, kenaikan yield obligasi (Treasury) serta penguatan dolar AS memberikan pukulan telak bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,07% ke Rp 14.090/US$. Tetapi kurang dari 1 jam rupiah sudah jeblok 0,85% ke RP 14.200/US$ dan tertahan di level tersebut nyaris sepanjang perdagangan.

Di menit-menit akhir perdagangan, rupiah makin memburuk hingga menutup hari ini di Rp 14.240/US$, jeblok 1,14% di pasar spot.

Level tersebut juga merupakan yang terlemah di tahun ini, jika melihat lebih ke belakang Rp 14.240/US$ merupakan penutupan terlemah sejak 5 November lalu.

Rupiah juga menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia hari ini. Mayoritas mata uang utama Asia memang melemah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 15:09 WIB, hanya yen Jepang, peso Filipina, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Buruknya sentimen pelaku pasar terlihat dari ambruknya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan disusul bursa utama Asia pagi ini.
Indeks Dow Jones kemarin merosot 1,75%, S&P 500 -2,45%, Nasdaq bahkan jeblok 3,5% dan membukukan kinerja harian terburuk sejak Oktober tahun lalu.

Sementara itu dari Asia, indeks Shanghai Composite China dan Kospi Korea Selatan turun 2%, Hang Seng Hong Kong ambrol 3%, dan Nikkei Jepang yang paling parah, jeblok 3%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merosot 0,7%, bahkan sebelumnya sempat lebih dari 1%.

Sebagai mata uang emerging market yang dianggap lebih berisiko, pergerakan rupiah sangat dipengaruhi sentimen pelaku pasar. Saat sentimen pelaku pasar memburuk maka aset-aset berisiko akan dihindari.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Yield Treasury Meroket, Indeks Dolar AS Menguat

Kenaikan tajam yield obligasi (Treasury) AS membuat rupiah tertekan, bahkan mungkin jeblok tajam jika melihat pergerakan di pasar NDF. Kamis kemarin, yield Treasury naik 12,6 basis poin ke 1,515%, bahkan sebelumnya sempat menyentuh 1,614%, tertinggi sejak Februari tahun lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan sebelum bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, sebab selisih yield dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Ketika terjadi capital outflow, maka nilai tukar rupiah akan tertekan.

Kenaikan pesat yield Treasury dalam waktu singkat ini diakibatkan karena pelaku pasar mulai mengantisipasi prospek pemulihan ekonomi dan potensi tingginya inflasi sehingga mereka meminta kompensasi dengan kenaikan imbal hasil.

"Yield sangat menentukan. Di kisaran 1,5%, yield obligasi bisa kompetitif dibandingkan dividend yield di pasar saham. Ingat, tidak ada risiko di obligasi, uang Anda kembali 100%," kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel yang berbasis di Virginia (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Selain yield Treasury, indeks dolar AS yang naik 0,14% ke 90,26 juga menambah tekanan bagi rupiah. Beberapa data ekonomi yang dirilis AS kemarin membuat the greenback bangkit.

Departemen Tenaga kerja AS kemarin melaporkan klaim awal pengangguran pekan lalu tercatat 730.000, atau jauh lebih baik dari prediksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 845.000.

Sementara Departemen Perdagangan merilis data pesanan barang tahan lama per Januari yang naik 3,4%, jauh lebih baik dari konsensus Dow Jones pada angka 1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular