
Bos Mirae Sekuritas Ungkap Tantangan Pasar Modal 2021, Simak

Jakarta, CNBC Indonesia- CEO Mirae Asset Sekuritas Tae Yong Shim menilai kinerja pasar saham Indonesia masih akan menantang di 2021 dengan sejumlah potensi dan tantangan. Tempo perubahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurutnya terjadi begitu cepat, sehingga ke depannya masih bisa terjadi koreksi.
"Tapi saya menyebutnya koreksi yang masih sehat, karena sekarang valuasinya agak berlebihan," katanya dalam forum "Prospek Pasar Modal 2021" yang digelar CNBC Indonesia, Senin (22/2/2021).
Pasar saham Indonesia menurutnya akan lebih menarik tahun ini dengan berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah, seperti tingkat suku bunga rendah dan likuiditas yang melimpah di pasar. Selain itu vaksinasi yang tengah dilakukan pemerintah juga akan menjadi salah satu motor penggerak pasar.
"Jadi saya pikir pasar sedang menyesuaikan dengan skenario bahwa pemulihan ekonomi akan segera terjadi," kata dia.
Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4,2% dalam skenario terendah, sehingga target pemerintah 4,5% masih dalam target yang realistis. Hal ini pun menurutnya juga disambut dan diakui oleh pasar secara positif.
"Yang paling penting bagaimana pemerintah mencapai target pertumbuhan tersebut, dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan investor. Sebab, maksud saya Indonesia saat ini sedang mendorong agenda-agenda besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti omnibus law, sovereign wealth fund Indonesia dan masih banyak lagi," ujarnya.
Pelaku pasar sudah melihat tahun 2021, dengan sedikit optimisme yang sangat positif, sehingga realisasi agenda pemerintah seperti Omnibus Law, SWF, atau relaksasi pajak akan menjadi strategi penting bagi Indonesia. Tae Yong Shim mengatakan yang terpenting adalah bagaimana mengelola ekspektasi tersebut dan berkomunikasi dengan pelaku pasar.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat dan pergerakan ekonomi adalah melalui relaksasi PPnBM mobil baru. relaksasi ini tetap menjadi sentimen positif bagi pasar saham, terutama pada emiten yang berhubungan dengan sektor otomotif.
Namun dia menilai, relaksasi PPnBM pada kendaraan dinilai belum bisa efektif tingkatkan penjualan kendaraan.
Aturan ini merupakan salah satu dari banyak strategi pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat. Dia mengatakan relaksasi ini akan meningkatkan permintaan terhadap kendaraan yang sempat anjlok di 2021, namun diperkirakan belum bisa kembali ke penjualan sebelum Covid-19.
"Pertanyaan mendasar apakah orang menunda pembelian mobil karena pajak, atau karena masalah makro yang lebih luas seperti kehilangan pekerjaan dan kekurangan pendapatan. Tapi aturan ini juga menjadi sinyal bahwa pemerintah mendorong adanya konsumsi," katanya.
Dia menambahkan, jika relaksasi PPnBM akan diterapkan tanpa penurunan progresif, dan juga dengan durasi setidaknya 12 bulan, kerugian pajak barang mewah dapat diganti dengan pajak penghasilan yang lebih tinggi dari keuntungan pabrik kendaraan.
"Sebelum Covid-19 Indonesia menjual sekitar 1 juta unit kendaraan per tahun, api saya pikir bahkan jika pembebasan pajak barang mewah atau relaksasi akan diterapkan. Saya pikir itu benar, seharusnya masih kurang dari 1 juta penjualan mobil baru per tahun," katanya.
"Pasar tetap akan optimistis pada peningkatan penjualan mobil baru, tapi mungkin angkanya belum akan setinggi sebelumnya," tambahnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Diramal Tembus 6.850 di 2021, Ini Sektor Pilihannya!
