Sentimen Pasar Pekan Depan

Ekonomi RI 2020 Kayaknya -2%, Piye Nasib IHSG dkk?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2021 15:40
Pabrik Astra Honda Motor di Sunter (Pool/AHM)
Foto: Pabrik Astra Honda Motor di Sunter (Pool/AHM)

Sentimen ketiga, investor juga perlu memantau rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur berbagai negara pada 1 Februari 2021. PMI adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang sering digunakan untuk 'menerawang' arah perekonomian ke depan.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka berarti dunia usaha berada di fase ekspansi sehingga ekonomi akan bergeliat.

Rata-rata PMI manufaktur global pada 2020 adalah 49,17. Artinya, pengusaha masih 'tiarap', masih kontraksi.

Nah, angka PMI Januari 2021 akan memberi gambaran bagaimana kira-kira kondisi perekonomian tahun ini. Apakah betul bahwa kebangkitan ekonomi sudah di depan mata, atau ternyata hanya fatamorgana? Ini yang akan terjawab besok...

Sentimen keempat, pada akhir pekan depan, US Bureau of Labor Statistics (BLS) akan merilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam periode Januari 2021. Pada Desember 2020, tingkat pengangguran AS tercatat 6,7% dan bulan ini bisa naik ke 6,8%, seperti konsensus pasar yang dihimpun Reuters.

Angka pengangguran akan menentukan arah kebijakan moneter. Sebab, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak hanya bertugas mengawal inflasi, tetapi juga memastikan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

Dengan pasar tenaga kerja yang masih rapuh, besar kemungkinan The Fed tetap mempertahankan kebijakan ultra-longgar. Suku bunga acuan akan tetap rendah, dan gelontoran likuiditas melalui pembelian aset (quantitative easing) terus berlangsung. Kemungkinan ini masih akan terjadi dalam hitungan tahun.

Kebijakan tersebut membuat likuiditas dolar AS melimpah. Belum lagi pemerintahan AS di bawah komando Presiden Josep 'Joe' Biden berencana menggelontorkan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.

Barang yang mengalami kelebihan pasokan (oversupply) pasti harganya bakal turun. Demikian pula mata uang, likuiditas dolar AS yang berceceran akan membuat nilai mata uang ini melemah.

Sepertinya pelemahan dolar AS masih menjadi tema besar di pasar keuangan dunia pada tahun ini. Kalau dolar AS melemah, maka mata uang lain punya ruang untuk menguat, tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular