Newsletter

PSBB Ketat Jawa-Bali di Depan Mata, Bagaimana Nasib IHSG?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
07 January 2021 06:23
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (6/1/2021) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot 1,17% di level 6.065,68 kemarin.

Bursa Asia mayoritas mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin. Hanya tiga dari sebelas indeks Asia yang masih bertahan di zona hijau, yakni indeks Shanghai Composite China, Hang Seng Hong Kong, dan Straits Times Index Singapura.

Jika dibandingkan dengan indeks Asia lainnya, IHSG berada di posisi kedua dari daftar indeks yang mengalami pelemahan. Sedangkan di posisi pertama diduduki oleh indeks PSE Filipina.

Seperti IHSG, pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) kembali ditutup di zona merah kemarin.

Mayoritas, harga SBN di hampir semua tenor mengalami pelemahan, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang mengalami kenaikan. Hanya SBN bertenor 3 tahun yang harganya mengalami penguatan dan yield obligasi negara tersebut turun 1,2 basis poin ke level 4,772%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Tidak seperti IHSG dan SBN, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) malah menguat pada perdagangan kemarin, yakni sebesar 0,14% ke level Rp 13.880/US$.

Hari ini, nyaris seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Hanya tiga mata uang Asia yang masih mampu melawan dolar AS, yakni dolar Hong Kong, ringgit Malaysia, dan tentunya rupiah.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup bervariasi, dengan mayoritas menguat pada perdagangan Rabu (6/1/2020) waktu AS, setelah investor mulai masuk ke saham-saham keuangan dan industri di tengah taruhan Demokrat di Georgia akan menyebabkan lebih banyak stimulus fiskal dan belanja infrastruktur.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 437,8 poin atau menguat 0,55% ke level 30.829,4. S&P 500 naik 21,28 poin atau naik 0,51% ke 3.748,14.

Sedangkan Nasdaq Composite yang kaya akan teknologi turun 78,17 poin atau melemah 0,61% ke 12.740,79.

Walaupun mayoritas ditutup di zona hijau, namun Wall Street terpaksa memangkas keuntungan dan indeks Nasdaq ditutup lebih rendah setelah sekelompok pengunjuk rasa pro-Trump menyerbu Capitol AS pada Rabu kemarin ketika mereka berusaha memaksa Kongres untuk membatalkan kekalahan pemilihan Presiden Donald Trump dari Joe Biden.

Polisi di Capitol AS merespons ricuhnya massa pro-Trump tersebut dengan gas air mata.

"Ini belum menjadi penurunan pasar yang tajam. Ada investor yang masih lakukan net buy. Peristiwa ini agak mengejutkan bagi investor ketika melihat secara visual di televisi, "kata Tim Ghriskey, Kepala Manajer Investasi di Inverness Counsel New York.

Sebelum demonstrasi pro-Trump terjadi, kinerja keuangan di berbagai perusahaan AS telah dirilis kemarin, di mana sektor keuangan mencapai tertinggi 1 tahun dan masih lebih tinggi pada hari itu, sementara sektor material, industri dan energi menahan kenaikannya.

Saham-saham bank yang sensitif terhadap suku bunga juga naik, mengikuti lonjakan dalam acuan imbal hasil (yield) Treasury AS 10-tahun di atas 1%.

Partai Demokrat berpotensi memenangkan satu dari dua pemilihan Senat AS di Georgia dan berpotensi menang di pemilihan lainnya, sehingga Demokrat mulai mendekati benteng Republik yang kini mengendalikan Kongres.

Potensi kemenangan Demokrat menjadi kekuatan untuk memajukan tujuan kebijakan Presiden terpilih Joe Biden. Hasil pemilihan saat ini masih belum disampaikan hingga Rabu pekan depan.

Wakil Presiden AS Mike Pence membuka sesi bersama Kongres untuk secara resmi mengesahkan kemenangan Presiden Demokrat terpilih Joe Biden, menolak permintaan Presiden Donald Trump bahwa ia secara sepihak menolak suara elektoral.

Jika Senat AS di menangkan oleh Demokrat, kebijakan-kebijakan peningkatkan pengeluaran fiscal, peningkatkan pajak dan peraturan lainnya yang lebih ketat, dapat menjadi dorongan positif untuk pertumbuhan ekonomi global, sehingga investor cenderung akan bermain di aset-aset berisiko.

"Orang-orang hanya fokus pada stimulus yang akan diberikan mendatang, pertanyaannya seberapa besar nilai yang akan diberikan dan barang-barang apa saja yang akan diberikan, tapi kapan pun Anda memiliki uang tambahan, pasti uang tersebut dapat dibelanjakan, itu positif bagi pasar."kata Tom Martin, Senior Manajer Investasi di GLOBALT Investments Atlanta.

Sementara itu, harapan pemulihan ekonomi sebagai dampak dari prospek distribusi vaksin pada 2021 menjadi pendorong indeks utama Wall Street ke rekor tertinggi pada akhir Desember 2020, dengan sektor-sektor yang sebelumnya tertinggal kembali terpacu, diantaranya sektor bank dan industri.

Dari berita emiten AS, meningkatnya risiko pengawasan antimonopoli dari Big Tech membuat saham-saham teknologi tertekan. Saham Apple Inc, Microsoft Corp, Amazon.com Inc, induk Google Alphabet Inc dan Facebook Inc saling berjatuhan. Hanya Tesla Inc yang masih mampu bertahan dan ditutup lebih tinggi pada perdagangan kemarin.

Usai rapat kabinet, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah akan membatasi aktivitas masyarakat di sejumlah daerah di Jawa-Bali.

"Pemerintah daerah, gubernur, akan menentukan wilayah dengan pembatasan tersebut dan itu di kabupaten/kota yang sudah dilihat adalah provinsi dengan risiko tinggi. Ada DKI Jakarta dan sekitarnya. Jawa Barat adalah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi.

"Provinsi Banten ada di Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan. Jawa Tengah adalah Semarang Raya, Solo Raya, dan juga Banyumas Raya. Sedangkan Yogyakarta adalah Kabupaten Gunung Kidul, Sleman, Kulonprogo.

"Kemudian Jawa Timur adalah Malang Raya, Surabaya Raya. Sementara Bali adalah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung," papar Airlangga.

Di daerah-daerah itu, aktivitas masyarakat akan dibatasi. Misalnya, pekerja yang bekerja dari rumah (work from home) diimbau sampai 75%. Kemudian kegiatan belajar-mengajar tetap dilakukan dengan jarak jauh melalui daring (online).

Lalu pusat perbelanjaan hanya boleh beroperasi maksimal hingga pukul 19:00 waktu setempat. Restoran masih boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat, tetapi maksimal 25% dari kapasitas. Rumah ibadah pun tetap dibuka untuk umum, tetapi dengan kapasitas maksimal 50% plus penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Fasilitas umum dan kegiatan sosial-budaya dihentikan sementara. Kapasitas dan jam operasional transportasi akan diatur," lanjut Airlangga.

PSBB yang lebih ketat ini akan berlaku 11-25 Januari 2021. "Pemerintah akan terus mengevaluasi." Ujar Airlangga.

Penerapan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat dilakukan untuk mengendalikan laju pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini memang semakin mengkhawatirkan.

Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona per 5 Januari 2021 adalah 779.548 orang. Bertambah 7.445 orang (0,96%) dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (23 Desember 2020-5 Januari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 7.245 orang setiap harinya. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari lainnya yaitu 6.520 orang per hari.

Jakarta masih menjadi provinsi dengan jumlah pasien terbanyak yaitu 192.899 orang. Disusul oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Jadi tidak heran PSBB di provinsi-provinsi yang tergolong hotspot itu diketatkan. Jika interaksi dan kontak antar-manusia masih tinggi, maka jumlah pasien akan terus bertambah signifikan.

Sentimen yang patut dicermati oleh pasar adalah terkait penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat di Pulau Jawa dan Bali.

Penerapan PSBB ketat ini membuat IHSG dan obligasi pemerintah bergerak melemah kemarin, sehingga pasar masih perlu mencermatinya.

Sayangnya, daerah-daerah yang akan dilakukan PSBB ketat adalah penyumbang utama perekonomian nasional.

Seperti DKI Jakarta, yang merupakan kontributor terbesar dengan sumbangsih 17,66% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional kuartal III-2020.

Sementara Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah menyumbang masing-masing 14,73%, 13,1%, dan 8,63%.

Pemberlakuan PSBB ketat di provinsi-provinsi itu pasti akan berdampak kepada perekonomian nasional.

Dalam kasus ekstrem, bukan tidak mungkin PDB Indonesia pada kuartal I-2021 kembali tumbuh negatif alias terkontraksi. Kalau terjadi, maka Indonesia masih terjebak di 'lumpur' resesi.

Sentimen kedua, pasar perlu mencermati permasalahan politik di Amerika Serikat (AS) yang hingga kini masih terjadi, di mana saat ini, hasil pemilihan Senat AS masih diperhitungkan.

Harapan pelaku pasar di AS adalah imbangnya porsi Senat AS, sehingga tidak terjadi ketimpangan kewenangan yang dapat merugikan masyarakat, termasuk para investor.

Pelaku pasar juga mengantisipasi data Cadangan Devisa (cadev) Indonesia per 31 Desember 2020 yang dijadwalkan rilis pada pagi hari ini.

Konsensus dari Reuters memperkirakan cadev Indonesia akan kembali mengalami penurunan menjadi US$ 133,6 miliar pada Desember 2020.

Dari luar negeri, data inflasi dan data consumer confidence (indeks keyakinan konsumen/IKK) di Zona Euro pada Desember 2020, serta data klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir pada 26 Desember 2020 juga patut dicermati oleh pelaku pasar hari ini.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) (02:00 WIB)
  2. Rilis data Neraca Perdagangan Australia periode November 2020 (07:30 WIB)
  3. Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia periode Desember 2020 (15:00 WIB).
  4. Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) China periode Desember 2020 (10:00 WIB).
  5. Rilis data Penjualan Ritel Zona Euro periode November 2020 (17:00 WIB)
  6. Rilis data Penjualan Ritel Prancis periode November 2020 (17:00 WIB)
  7. Rilis data Neraca Perdagangan Amerika Serikat periode November 2020 (20:30 WIB)
  8. Rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat periode Desember 2020 (20:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020, %YoY)

-3,49

Inflasi (2020, %YoY)

1,68

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2020, %)

3,75

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020, %PDB)

-6,34

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020, %PDB)

0,36

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020, US$ Miliar)

2,05

Cadangan Devisa (November 2020, US$ miliar)

133,56

 TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular