
Mau Tahun Baru, Harga Minyak Bergerak Mixed! Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah ditransaksikan bergerak bervariasi pada perdagangan siang hari ini, Kamis (30/12/2020). Bervariasnya pergerakan harga emas hitam ini dikarenakan kasus virus corona (Covid-19) di beberapa negara yang semakin memprihatinkan.
Harga kontrak Brent menguat 0,37% dibanding posisi penutupan kemarin ke US$ 51,54/barel. Di saat yang sama, kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) malah turun 0,21% ke US$ 48,31/barel.
Terkait dengan stimulus di AS, para pejabat di Washington belum mencapai kesepakatan seputar nilai bantuan langsung tunai (BLT). Pimpinan Mayoritas Senat, Mitch McConnell menjegal upaya Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer untuk meloloskan kenaikan BLT dari sebelumnya US$ 600 menjadi US$ 2.000.
Namun saat perselisihan dimainkan di Senat, Departemen Keuangan mulai mengirimkan pembayaran hingga US$ 600 pada Selasa malam.
Jika Kongres dapat mengatasi dinamika politik yang sulit untuk meningkatkan simpanan menjadi US$ 2.000 - yang tampaknya tidak mungkin pada hari Rabu - pemerintah kemudian akan menambahkan uang tunai yang sudah didistribusikannya.
Carut marutnya stimulus yang masih terjadi akan berdampak pada permintaan komoditas, salah satunya adalah minyak yang banyak digunakan sebagai bahan bakar. Namun, sentiment positif dari gencarnya vaksinasi Covid-19 juga dapat mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia.
Walaupun saat ini prospek vaksin tersebut tergolong cerah, Namun munculnya varian baru virus Covid-19 di Inggris yang dinamai B.1.1.7 itu dikhawatirkan akan memicu lockdown yang masif. Pasalnya varian baru ini diklaim 70% lebih menular dari varian yang awal ditemukan.
Seiring dengan berjalannya waktu varian tersebut juga ditemukan di negara selain Inggris. Saat ini varian baru tersebut sudah ditemukan di setidaknya 27 negara selain Britania Raya.
Pada 20 Desember 2020, sembilan kasus varian baru telah dilaporkan di Denmark, empat di Belgia dan masing-masing satu di Belanda, Australia dan Italia. Tak lama kemudian kasus serupa juga dilaporkan di Islandia dan Gibraltar.
Singapura, Israel dan Irlandia Utara melaporkan kasus pertama mereka pada tanggal 23 Desember. Jerman dan Swiss mengkonfirmasi kasus pertamanya pada 24 Desember dan Republik Irlandia serta Jepang mengkonfirmasi kasus pertama pada 25 Desember.
Kasus pertama di Kanada, Prancis, Lebanon, Spanyol dan Swedia dilaporkan pada 26 Desember. Yordania, Norwegia, dan Portugal melaporkan kasus pertama mereka pada 27 Desember dan Finlandia serta Korea Selatan melaporkan kasus pertama mereka pada 28 Desember.
Varian baru yang disebut lebih menular justru muncul ketika para anggota OPEC+ sepakat untuk menaikkan pasokan minyak sebesar 500 ribu barel per hari (bph) mulai Januari nanti.
Bahkan Rusia mengusulkan untuk menambah lagi pasokan ke pasar sebesar 500 ribu bph pada Februari jika harga minyak stabil di kisaran US$ 45 - US$ 55/ barel. OPEC+ akan menggelar pertemuan di awal tahun depan tepatnya pada 4 Januari 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Virus Corona Gelombang II di China, Minyak Mentah Merana