
Harga Minyak Mentah Tembus US$ 70/Barel, Tanda Bebas Covid?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah melesat pada perdagangan Selasa (1/6/2021), jenis Brent bahkan menembus US$ 70/barel. Harga minyak mentah merupakan salah satu indikator kesehatan perekonomian dunia, ketika roda perekonomian berputar lebih cepat maka permintaan minyak mentah akan meningkat, harganya pun menguat.
Pada pukul 14:13 WIB, harga minyak mentah jenis Brent naik 1,36% ke US$ 70,26/barel, mendekati lagi level tertinggi sejak awal Januari 2020. Sementara itu minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,22% ke US$ 67,79/barel.
Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat perekonomian global mengalami resesi, dampaknya harga minyak mentah pada tahun lalu anjlok. Harga minyak jenis WTI bahkan sempat negatif pada April 2020. Tetapi setelahnya harga minyak perlahan menanjak kembali, meski dunia masih belum bebas dari virus corona.
Optimisme akan meningkatnya permintaan minyak mentah saat musim panas di Amerika Serikat dan Eropa menjadi penopang kenaikan harga minyak mentah. Saat musim panas, warga AS dan Eropa biasanya menghabiskan waktu untuk berpergian dengan kendaraan, sehingga permintaan bahan bakar akan meningkat.
"Meski ada kecemasan akan pengetatan pembatasan sosial akibat peningkatan kasus Covid-19 di beberapa wilayah Asia, tetapi pasar sepertinya fokus pada potensi peningkatan permintaan di Amerika Serikat dan Eropa," tulis analis dari ING Economics dalam sebuah catatan, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (1/6/2021).
"Di AS, periode berkendara saat musim panas resmi dimulai setelah Memorial Day di awal pekan, dan kita memasukinya saat persediaan bensin sedang dalam tren menurun, dan tidak jauh dari level terendah dalam lima tahun terakhir," tambahnya.
Perusahaan GasBuddy juga mengatakan pada hari Minggu lalu, permintaan bensin naik 9,6% dari rata-rata empat hari Minggu sebelumnya. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak musim panas tahun 2019.
Selain itu perhatian pelaku pasar juga tertuju pada Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya atau yang disebut OPEC+ yang mengadakan pertemuan hari ini. Sumber yang dikutip CNBC International mengatakan OPEC+ kemungkinan akan setuju untuk perlahan melonggarkan pembatasan produksi, sebab permintaan diprediksi akan meningkat.
Meski demikian, peningkatan supply dari OPEC+ tersebut diperkirakan akan mampu diserap oleh pasar.
"Kamis percaya pasar akan mampu menyerap penambahan supply, dan kami memperkirakan OPEC+ akan mengkonfirmasi rencana peningkatan produksi dalam 2 bulan ke depan," tulis analis ING Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Virus Corona Gelombang II di China, Minyak Mentah Merana