2020 Harga Minyak Sempat Negatif, Tahun Ini Sudah Meroket 26%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 February 2021 11:39
A Saudi stock market official smiles as he watches the stock market screen displaying Saudi Arabia's state-owned oil company Aramco after the debut of Aramco's initial public offering (IPO) on the Riyadh's stock market in Riyadh, Saudi Arabia, Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Amr Nabil)
Foto: Saudi Aramco (AP Photo/Amr Nabil)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat sepanjang pekan ini, hingga mencapai level tertinggi sejak Januari 2020 lalu. Membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi pemicu penguatan minyak mentah.

Melansir data Refinitiv, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sepanjang pekan ini melesat 3,81% ke US$ 61,5/barel, sebelumnya bahkan sempat menyentuh US$ 63,57/barel yang merupakan level tertinggi sejak 8 Januari 2020.

Sementara jenis Brent, sepanjang pekan ini melesat 5,12% ke US$ 66,13/barel, dengan level tertinggi sejak Januari 2020 yang dicapai pekan ini US$ 66,90/barel.

Tidak hanya di pekan ini, baik WTI dan Brent mencatat kinerja impresif sepanjang Februari. WTI membukukan penguatan 17,8%, sementara jenis Brent lebih tinggi lagi 18,3%. Sementara dalam 2 bulan pertama 2021, minyak WTI melesat 26,75% dan Brent 27,66%. 

Melihat posisinya saat ini di level tertinggi sejak Januari 2020, artinya harga minyak mentah kini sudah kembali ke level sebelum penyakit virus corona (Covid-19) menyerang dunia. Covid-19 membuat perekonomian global mengalami resesi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Demi meredam penyebaran Covid-19, pemerintah diberbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) hingga karantina wilayah (lockdown). Akibatnya, mobilitas warga menjadi menurun, akivitas ekonomi merosot bahkan nyaris mati suri.

Alhasil, permintaan minyak mentah menjadi merosot tajam harga minyak mentah jenis WTI bahkan sempat negatif. Pada 20 April 2020, harga minyak mentah -37,63/barel. Sejak saat itu, harga minyak mentah perlahan kembali naik, dan akhirnya pulih kembali, dan meroket sejak awal tahun ini.


Vaksinasi yang mulai dilakukan diberbagai negara membuat prospek pertumbuhan ekonomi global membaik di tahun ini. Saat perekonomian membaik, permintaan minyak mentah tentunya juga akan meningkat.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook pada akhir Januari lalu menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2021 dan 2022.

Produk domestik bruto (PDB) global di tahun ini diprediksi tumbuh 5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Untuk kasus negara maju, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diramal berada di angka 4,3% naik 0,4 poin persentase dibanding proyeksi Oktober 2020. Untuk periode yang sama pertumbuhan ekonomi negara berkembang direvisi naik 0,3 poin persentase menjadi 6,3%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sekaligus konsumen minyak mentah terbesar diramal tumbuh 5,1%, naik dari proyeksi sebelumnya 4,6%. Sementara konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia, China tahun ini PDB-nya diramal tumbuh 8,1%.

Saat permintaan diperkirakan akan meningkat, supply justru sedang mengetat, sebab produksi di AS masih mengalami gangguan akibat bagai salju. Bank investasi, JP Morgan, dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International mengatakan kapasitas produksi saat ini menurun hingga 4 juta barel per hari, dan baru akan pulih pada 5 Maret mendatang.

Meski demikian, tantangan minyak mentah melanjutkan penguatan agak berat. Sebab selain produksi di AS yang diperkirakan pulih pekan depan, ada Organisasi Negara Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) dan Rusia atau yang dikenal dengan OPEC+ diperkirakan akan menaikkan produksinya sebab harga minyak mentah yang saat ini berada di level sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Virus Corona Gelombang II di China, Minyak Mentah Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular