
Cek! Begini Buruknya Kinerja Rupiah Melawan Mata Uang Dunia

Sejak awal pekan sentimen pelaku pasar sebenarnya kurang bagus, bahkan bisa dikatakan buruk akibat mutasi virus corona di Inggris yang dikatakan bisa lebih mudah menyebar.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengumumkan temuan varian baru virus corona bernama VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7.
Varian baru virus Covid-19 tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Akibatnya, banyak negara-negara yang menutup perbatasannya dengan Inggris.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus ini di Denmark, Belanda, dan Australia.
Alhasil, bursa saham Eropa sempat mengalami aksi jual masif di awal pekan ini, sementara bursa saham AS mayoritas juga mengalami pelemahan, disusul bursa Asia kemarin.
IHSG sepanjang pekan ini merosot lebih dari 1,57%, sekaligus menghentikan reli panjang dalam 11 pekan beruntun.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp 3,64 triliun miliar all market.
Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik 12,1 basis poin (bps) menjadi 6,097%.
Untuk diketahui, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Saat yield naik, artinya harga sedang turun.
Saat harga turun, kemungkinan asing melepas kepemilikannya, artinya terjadi capital outflow. Capital outflow yang terjadi di pasar saham dan obligasi tersebut memberikan pukulan bagi rupiah di pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]