
Catat nih! Bocoran Lengkap Saham Pilihan JPMorgan di 2021

4. OTOMOTIF
JPMorgan masih berhati-hati dengan penjualan mobil, terutama di tahun depan. Pemulihan penjualan roda empat di Indonesia tertinggal dari negara lain dan JPMorgan yakin hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar pembeli mobil dalam 2-3 tahun terakhir adalah pembelian untuk mengganti mobil lama.
Jika tidak ada insentif fiskal atau peluncuran model baru, pembelian pengganti secara teoritis dapat ditunda.
"Kami melihat potensi penjualan 900.000 unit di full year 21, pulih dari 550.000-600.000 unit tahun ini tetapi penjualan diprediksi kurang dari 1 juta unit yang telah berlangsung selama 7 tahun terakhir (2012-2019)."
Lanskap persaingan juga akan meningkat, dengan Hyundai dijadwalkan menyelesaikan pabrik baru pada tahun 2021. Namun JPMorgan percaya bahwa PT Astra International Tbk (ASII) harus dapat mempertahankan 50% pangsa pasarnya. Hal ini karena masa-masa sulit umumnya mengakibatkan konsumen lebih memilih merek terpercaya dengan nilai jual kembali dan layanan purna jual yang lebih tinggi.
Astra direkomendasikan Netral.
"Kami Netral terhadap Astra karena kami melihat harga saham mengalami pemulihan moderat dalam penjualan mobil tahun depan. Astra diperdagangkan dengan sedikit premium ke rata-rata historis, meskipun latar belakang penjualan mobil lesu. "Neraca Astra juga membaik menyusul penjualan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI), dengan perusahaan sekarang berada pada posisi kas bersih."
"Kami akan lebih tertarik untuk meninjau kembali saham ASII jika valuasinya turun menjadi 10-11x (versus 13-14x tingkat PER saat ini)."
5. TELEKOMUNIKASI
Pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja akan berdampak positif bagi emiten telekomunikasi, salah satunya mendorong perusahaan telko melakukan merger dan akuisisi (M&A), dan memberikan kepastian bagi operator melakukan pengalihan frekuensi atau spectrum sharing.
JPMorgan juga menyoroti rencana go public atau IPO (initial public offering) dari anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
"Pascatransfer menara Telkomsel (sekitar 6.000) ke Mitratel, Mitratel akan menjadi salah satu pemain terbesar berdasarkan total menara (sekitar 21.000)."
"Dalam pandangan kami, karena Mitratel berupaya membangun skala dan secara aktif menumbuhkan pelanggannya, hal itu dapat menghadirkan risiko kompetitif bagi TOWR [PT Sarana Menara Nusantara Tbk] dan TBIG [PT Tower Bersama Infrastructure Tbk]."
JPMorgan menempatkan saham TLKM dan TOWR menjadi pilihan utama.
"Kami percaya pada kepemimpinan pasar TLKM yang didukung keunggulan kompetitif struktural melalui operasi terintegrasi, keunggulan signifikan dalam broadband seluler dan jaringan telepon tetap yang lebih komprehensif."
"Kami menyukai tingkat arus kas bebas alias free cash flow [FCF] yang kuat dari TOWR yang mendukung pembagian dividen dan akumulasi pengembalian modal investasi [ROIC, return on invested capital] yang mendorong pertumbuhan yang sehat dalam penyewa." Riset ini diungkapkan oleh Ranjan Sharma dan Vida Cornelius.
6. SEMEN
Ada beberapa katalis positif sektor semen yakni arus masuk asing yang didorong oleh rotasi investor dan adanya siklus, serta pertumbuhan negara berkembang di luar China.
Katalis lainnya, ekspektasi pemulihan volume yang kuat pada tahun 2021, didorong oleh semen curah, margin yang naik didorong oleh langkah-langkah efisiensi biaya yang dilakukan perusahaan semen, serta penguatan rupiah, dan penetapan harga rata-rata (ASP) yang terus dirasionalisasi pada tahun 2021 (ASP naik 1-2% YTD).
JPMorgan lebih memilih saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dengan rekomendasi Overweigth (OW), daripada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang direkomendasikan Netral.
Alasannya, karena neraca utang bersih dan hasil dividennya yang lebih tinggi sekitar 3-4%, dan pengaruh adanya eksposur Jawa-sentris (terhitung 55% dari permintaan industri).
(tas/tas)