Catat nih! Bocoran Lengkap Saham Pilihan JPMorgan di 2021

tahir saleh, CNBC Indonesia
14 December 2020 08:00
Bongkar Muat Batu bara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara.
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

7. INFRASTRUKTUR & KONSTRUKSI

Saham pilihan JPMorgan di sektor ini yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). "JSMR adalah pilihan utama karena kami optimistis melihat pemulihan berbentuk V di tahun 2021 di JSMR dengan visibilitas pendapatan yang tinggi."

Jalan tol memiliki tingkat kebutuhan produk yang relatif tinggi. Selain itu, JSMR tidak perlu mengeluarkan modal kerja tambahan dalam upaya pemulihan karena sebagian besar aset tol mereka sudah beroperasi (> 70% pendapatan dari aset tol yang sudah jatuh tempo).

"Kami terus memilih jalan tol (JSMR) daripada kontraktor (PT PP Tbk/PTPP, PT Wijaya Karya Tbk/WIKA, dan PT Waskita Karya Tbk/WSKT) karena visibilitas pendapatan dan arus kas yang jauh lebih tinggi untuk mengikuti fase pemulihan ekonomi."

"Kami tetap merekomendasikan UW [underweight] untuk semua kontraktor mengingat kurangnya proyek baru dari tahun 2020 untuk mendukung pertumbuhan pendapatan tahun 2021 dan margin yang lemah karena penundaan pelaksanaan proyek."

8 PROPERTI & REAL ESTATE

JPMorgan menempatkan pilihan utama di sektor properti dan real estate yakni PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mengingat kontribusi pendapatan berulang (recurring income) yang kuat sekitar 50% dan neraca keuangannya juga terbersih di sektor ini.

"Kami percaya PWON adalah wakil terbaik di sektor properti, jika ada pembukaan kembali ekonomi, mengingat keberadaannya yang dominan di pusat perbelanjaan dan ritel."

"Kami juga memberikan rekomendasi OW [overweight] di PT Summarecon Agung Tbk/SMRA karena keberadaannya yang kuat di Kota Bekasi yang berkembang pesat dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) didukung oleh kontribusi segmen pasar massal yang berkembang.

JPMorgan menyoroti soal porsi pendapatan berulang, sewa dan hunian pusat perbelanjaan yang diprediksi meningkat setelah di kuartal II-2020 mencapai level bawah karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.

"Ketika ekonomi mulai terbuka kembali dan perkembangan vaksin yang positif muncul, tarif sewa dan hunian mal akan pulih pada 2021. Terakhir, pengembang kawasan industri penerima manfaat utama dari aliran masuk investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) yang potensial mengingat Omnibus Law telah disahkan."

10. ENERGI & BATU BARA

Setelah harga batu bara merana di level US$ 50/ton pada Mei-Agustus lalu, harga batu bara Newcastle (yang pengirimannya melalui laut) mulai pulih kembali ke level US$ 60-65/ton pada November lalu untuk mengantisipasi potensi kenaikan permintaan di musim dingin.

Harga batu bara domestik di China juga naik di level RMB 600/ton. Kenaikan ini dipengaruhi ketatnya pasokan lokal (diperburuk oleh pemeriksaan keamanan), pencabutan pembatasan impor/pengaturan ulang kuota baru-baru ini di Tiongkok, dan harga LNG regional yang lebih tinggi.

Adanya rasionalisasi pasokan ekspor di pasar utama dan China yang melaporkan larangan tidak resmi atas batu bara Australia telah membantu indeks batu bara 4.200 kc Indonesia naik ke level US$ 30/ton (naik 25-30% dari 3Q-2020).

"Kami yakin harga batu bara Indonesia akan menguat dalam waktu dekat (+ 20-30% dari spot) hingga musim dingin karena permintaan dan pelonggaran pembatasan impor China."

Emiten tambang di Indonesia juga menawarkan proposisi nilai yang menarik dan diperdagangkan dengan PER (price earning ratio) antara 9-10x dan sekitar 7-8% secara yield. Secara bertahap rasio ini mengalami tren naik seiring dengan tren kenaikan harga batu bara.

JPMorgan lebih memilih saham dengan eksposur penjualan batu bara yang defensif, tingkat biaya yang fleksibel dan tingkat pembayaran (dividen) tinggi.

Urutan saham pilihan JPMorgan adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan rekomendasi Overweight, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga Overweight dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Netral.

Rekomendasi UW yakni saham diperkirakan cenderung turun dibanding dengan sekumpulan saham yang menjadi patokan, kebalikannya dari Overweight (OW).

"Kami pikir kekhawatiran terkait rupiah dan tingkat lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) yang lebih kuat akan tetap menjadi hambatan jangka pendek dan jangka panjang."

"Kami juga merekomendasikan OW pada PT United Tractors Tbk (UNTR) karena sekitar 65% dari pendapatannya didorong oleh divisi yang terkait dengan batu bara (Pama, Komatsu Tractors, Coal Mining)."

"Sementara itu, kami juga menyukai PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan rekomendasi OW seiring dengan antisipasi pemulihan volume penjualan untuk segmen distribusi (kebanyakan bahan kimia), dan percepatan penjualan tanah Kawasan Industri JIIPE pasca-Omnibus Law."

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular