
Catat nih! Bocoran Lengkap Saham Pilihan JPMorgan di 2021

1. BANK
Bank-bank di Indonesia dinilai bisa menghasilkan salah satu tingkat pengembalian (return) terbaik di kawasan Asia, dan secara global. Namun meski demikian, ada risiko sektor ini yakni kenaikan kredit bermasalah atau non-performing loan/NPL, pinjaman dengan perhatian khusus (special mention loans/SML), dan direstrukturisasi, di mana angka ini cukup tinggi yaitu antara 18-32%.
Namun, laba operasi yang tinggi memungkinkan bank-bank di Tanah Air bisa menyerap risiko tersebut dan kembali bisa bertumbuh. Oleh karena itu, JPMorgan memperkirakan saham-saham perbankan akan bergerak sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi'
Pilihan utama saham bank yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). "Kami cukup nyaman dengan pandangan bahwa RoE [return on equity] akan tetap tinggi (dan berkualitas) selama 5 tahun ke depan untuk BCA. Oleh karena itu, kami mengharapkan saham ini mempertahankan kelipatan premium."
Adapun keuntungan BRI akan didorong oleh peningkatan pendapatan. Hal ini disebabkan proporsi kredt mikro yang lebih tinggi, serta biaya yang lebih rendah, karena bank pelat merah ini getol berinvestasi di digital.
Sementara itu, bagi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), prospek pengembalian risiko tampak seimbang. Pertumbuhan kredit pada tahun depan diprediksi akan condong ke arah kredit ke sektor BUMN alias SoE (state owned enterprise) yang berimbal hasil lebih rendah, ini dinilai membatasi margin bunga bersih (NIM).
Sementara itu, tingkat kenaikan bagi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tetap rendah, karena perputarannya akan memakan waktu cukup lama untuk menghasilkan tingkat yang tinggi dari sisi RoE. Riset ini dianalisis oleh Harsh Modi dan Gaurav Khandelwal.
2. KONSUMER
JPMorgan lebih memilih emiten dengan ekuitas dan merek kuat, yang menghasilkan daya beli yang juga kuat, dan pada akhirnya menghasilkan pendapatan yang tinggi. "Pilihan kami untuk tahun 2021 adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)."
Produk ICBP yakni, mi instan Indomie terus memperoleh pangsa pasar selama 2 tahun terakhir meskipun telah menguasai sekitar 70% pangsa pasar. JPMorgan melihat merek ini semakin memperkuat posisinya saat persaingan terjadi. Akuisisi Pinehill oleh ICBP juga telah selesai, dan akuisisi ini akan menghasilkan 16% rata-rata pertumbuhan (CAGR) pendapatan dari full year 2020 dan estimasi 2022 (FY20-22E).
"Kami tidak terlalu mengkhawatirkan inflasi yang lebih rendah untuk ICBP, karena mi instannya dihargai pada titik di mana kenaikan ASP (average selling price/rata-rata harga jual) terkecil setidaknya 3-4% per tahun."
Secara historis, ICBP selalu dapat melewati kenaikan ASP tanpa halangan yang signifikan terhadap pertumbuhan volume dan JPMorgan meyakini ini akan berlaku di 2021.
"ICBP juga diperdagangkan pada 17x 2021E [price earning ratio/PER] yang wajar, di bawah rata-rata historis 23x. Kami yakin diskon saat ini terlalu curam meskipun ada eksposur utang mata uang asing ICBP, karena Pinehill tetap memperoleh pendapatan dan operasi Pinehill di Arab Saudi bisa memberikan lindung nilai alami untuk pembayaran bunga berbasis mata uang asing bagi ICBP."
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, di mana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Makin besar nilai PER saham, maka semakin mahal saham tersebut.
3. RITEL
JPMorgan punya pandangan positif terhadap emiten pengecer kelas atas yakni PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Sementara JPMorgan punya pandangan negatif terhadap emiten pengecer kelas menengah seperti PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF).
"Kami berharap pemulihan bertahap untuk pengecer kelas atas akan berlanjut hingga 2021, dan produktivitas sebelum pandemi Covid-19 yang akan dicapai pada 2H21."
JPMorgan menyukai saham MAPI & ACES, dan melanjutkan rekomendasi Underweight (UW) bagi LPPF.
Rekomendasi UW yakni saham diperkirakan cenderung turun dibanding dengan sekumpulan saham yang menjadi patokan, kebalikannya dari Overweight (OW).
"Kami melihat pertumbuhan rata-rata penjualan tiap gerai alias same store sales growth (SSSG) sebesar 10% untuk ACES yang akan didorong oleh keuntungan pangsa pasar dari toko mom-and-pop (gerai kecil), serta efek dasar yang lebih rendah di mana SSSG di 2020 diprediksi sebesar -7%, untuk menghasilkan pertumbuhan EPS (earning per share) 13% CAGR di 2019-2021E.
"Kami tetap positif pada MAPI dan kami melihat produktivitas sebelum Covid-19 dapat dicapai pada semester kedua 2021, di mana investor akan mulai memperkirakan pendapatan tahun 2022. Angka-angka kami menunjukkan bahwa MAPI saat ini diperdagangkan pada 12x 2022E; di bawah 16-17x secara historis di mana kami tidak melihat perubahan fundamental untuk saham meskipun ada Covid-19.
"Katalis untuk harga saham agar lebih cepat kembali ke tingkat sebelum Covid-19, termasuk ketersediaan vaksin yang lebih cepat dari perkiraan di Indonesia. Di sisi lain, risiko pada tesis kami termasuk kekhawatiran dampak wabah Covid-19 yang mengarah ke lockdown lain di Jakarta/kota-kota lain di Indonesia".