
Naik 0,46%, Dolar Australia Kini Lebih Mahal dari Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (10/12/2020), saat dolar Singapura justru melemah tipis melawan rupiah siang ini. Alhasil, dolar Australia kini lebih mahal ketimbang dolar Singapura.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:27 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.530,55, dolar Australia menguat 0,46% di pasar spot. Sementara di waktu yang sama, SG$ 1 setara Rp 10.526,28, dolar Singapura melemah tipis 0,01%.
Dolar Australia sedang berjaya sejak pekan lalu berkat ekspektasi pulihnya perekonomian Australia.
Pada hari Selasa (8/12/2020), National Australia Bank (NAB) melaporkan tingkat keyakinan bisnis di bulan November melesat naik menjadi 12, dibandingkan bulan sebelumnya 3.
Indeks ini menggunakan angka 0 sebagai ambang batas, angka positif menunjukkan optimistis, sementara negatif pesimistis.
Artinya para pebisnis semakin optimistis terhadap perekonomian Australia. Bahkan Optimisme di bulan November tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan April 2017.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) juga menunjukkan optimisme terkait pemulihan ekonomi.
Pada hari Selasa pekan lalu, RBA dalam pengumuman rapat kebijakan moneter hari ini mempertahankan suku bunga 0,1%.
Gubernur RBA, Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir. Ia optimis dalam pemulihan ekonomi Australia, sebab perekonomian sudah dibuka kembali dan penambahan kasus baru penyakit virus corona (Covid-19) nyaris 0.
"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.
"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.
Gubernur Lowe juga menegaskan suku bunga kemungkinan besar tidak akan dinaikkan hingga 3 tahun ke depan, dan siap menggelontorkan stimulus tambahan jika diperlukan.
Sejak dihantam pandemi Covid-19, RBA sudah memangkas suku bunga sebanyak 3 kali, serta menggelontorkan program pembelian aset (quantitative easing/QE). Sementara pemerintah Australia menggelontorkan stimulus fiskal senilai AU$ 300 miliar.
Sehari sebelumnya, Biro Statistik Australia melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 3,8% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, setelah mengalami kontraksi 6,3% pada tiga bulan sebelumnya.
Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB berkontraksi dalam 2 kuartal beruntun secara tahunan atau YoY. Sementara jika kontrakasi terjadi secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), maka disebut sebagai resesi teknikal.
Nah, Australia sudah lepas dari resesi teknikal, sebab PDB secara kuartalan tumbuh 3,3% QoQ, jauh lebih tinggi dari prediksi Reuters sebesar 2,6% QoQ. Dalam 2 kuartal sebelumnya, PDB Australia mengalami kontraksi 7% QoQ, dan 0,3% QoQ.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Tak Berharga di Hadapan Dolar Singapura & Australia
