Tok! Mega Merger Emiten Prajogo Pangestu Rp 53 T Direstui

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 December 2020 11:18
Orang Terkaya ke-3 Prajogo Pangestu (Ist Barito-Pasific.com)
Foto: Orang Terkaya ke-3 Prajogo Pangestu (Ist Barito-Pasific.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mendapat restu pemegang saham untuk melaksanakan penggabungan usaha atau merger dengan entitas anak, PT Styrindo Mono Indonesia (SMI).

Hal ini disepakati dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada Senin, 7 Desember 2020 di Wisma Barito Pacific Tower.

Sebanyak 99,99% suara dari seluruh saham dengan hak suara yang sah dalam rapat tersebut telah menyetujui aksi korporasi ini.

"Menyetujui penggabungan PT Styrindo Mono Indonesia dengan Perseroan serta pelaksanaan seluruh akibat yang timbul dari penggabungan tersebut," tulis Cahandra Asri Petrochemicals, dalam pengumumannya, Kamis (10/12/2020).

Sebelumnya, perseroan mempertimbangkan merger yang diperkirakan akan mulai efektif pada 1 Januari 2021 mendatang ini untuk mengintegrasikan proses produksi secara keseluruhan, pemetaan produk yang lebih baik serta meningkatkan proses sinergi pengadaan dan akuntansi.

Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan kinerja operasional.

"Penggabungan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha CAP dan oleh karenanya akan menguntungkan seluruh pemangku kepentingan," tulis manajemen Chandra Asri, dalam prospektusnya, Senin (7/12/2020).

Mengacu data BEI sampai dengan November 2020, saat ini komposisi terbesar pemegang saham TPIA masih digenggam oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar 41,88% dan SCG Chemicals Company Limited sebesar 30,57%.

Selanjutnya, Prajogo Pangestu dan Marigold Resources Pte masing-masing sebesar 15,07% dan 4,75%. Sedangkan, pemegang saham publik sebesar 7,73%.

SMI merupakan perusahaan anak TPIA yang fokus pada industri pengolahan dan perdagangan besar.

Merujuk pada situs Barito Pacific, perseroan didirikan pada pada 1991. SMI adalah satu-satunya manufaktur styrene monomer di Indonesia hingga saat ini dengan kapasitas produksi 340KTA. Berlokasi di Bojonegara, Serang, Banten, yang berjarak 40km dari fasilitas pabrik CAP.

Produk utama SMI, styrene monomer merupakan bahan bagi industri hilir seperti PS (Polystyrene), EPS (Expanded Polystyrene), SAN (Styrene Acrylonitrile), ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), SBR (Styrene Butadiene Rubber), SBL (Styrene Butadiene Latex) and UPR (Unsaturated Polyester Resin).

SMI juga memiliki entitas anak PT Redeco Petrolin Utama (RPU). SMI juga menggandeng Compagnie Financiere Michelin (Michelin) untuk membuat joint venture pabrik manufaktur karet sintetis, PT Synthetic Rubber Indonesia.

Saat ini, PT SMI adalah anak usaha TPIA dengan aset paling besar. Per September 2020, jumlahnya sebesar US$ 293,51 juta, lebih tinggi dari entitas TPIA lainnya seperti PT Redeco Petrolin Utama (RPU), Altus Capital Pte (AC), atau PT Chandra Asri Perkasa (PT CAP2).

CNBC Indonesia mencatat, bukan kali ini saja perseroan melakukan merger dengan anak usaha.

Sebelumnya, pada awal Januari tahun ini, perseroan juga menggabungkan usaha dengan anak usaha, PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI).

Penggabungan usaha ini bertujuan untuk menciptakan perusahaan petrokimia yang lebih terintegrasi di Indonesia. Kegiatan usaha petrokimia terintegrasi ini meliputi sebagian besar aspek rantai produksi petrokimia.

Aset SMI per Juni 2020 mencapai US$ 327,79 juta atau setara dengan Rp 4,82 triliun (kurs Rp 14.700/saham), sementara aset TPIA mencapai US$ 3,29 miliar atau setara Rp 48,39 triliun sehingga total aset jika digabung menjadi Rp 53,21 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebut Pabrik, Emiten Prajogo Pangestu Rilis Obligasi Rp 1 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular