
Mega Merger! Saham Chandra Asri Malah Drop, BRPT Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) justru ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu ini (14/10/2020) di tengah rencana perusahaan melakukan merger dengan PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) yang sahamnya juga dipegang 100% oleh perseroan.
Data BEI menunjukkan, saham TPIA malahan minus 0,32% di posisi Rp 7.825/saham, dengan nilai transaksi Rp 17,73 miliar dan volume perdagangan 2,26 juta saham.
Asing hari ini masuk ke saham TPIA tapi nilainya tak terlalu signifikan, hanya Rp 686,77 juta.
Dalam 5 hari perdagangan terakhir saham TPIA naik tipis 0,32% dan 3 bulan terakhir naik 18,11%. Secara tahun berjalan atau year to date, saham anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini terkoreksi hingga 25% dengan net buy asing Rp 13,44 miliar di semua pasar.
Di sisi lain, saham induknya, BRPT, menguat 4% di posisi Rp 910/saham, dengan nilai transaksi Rp 122,76 miliar dan volume perdagangan 136,71 juta saham.
Investor asing mencatatkan beli bersih hari ini di saham BRPT yakni Rp 2,11 miliar.
Dalam 5 hari terakhir, saham BRPT naik 6,4%, dan 3 bulan terakhir minus 25,71%. Year to date, saham Barito minus 40% dengan catatan net sell Rp 302,58 miliar.
Pemegang saham TPIA per September 2020 yakni Barito Pacific sebesar 41,88%, SCG Chemicals Company Limited 30,57%, Prajogo Pangestu 15,07%, Marigold Resources Ltd 4,75% dan publik 7,73%.
Berdasarkan prospektus perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Chandra Asri akan menjadi perusahaan penerima alias survivor entity dan tetap menjadi perusahaan terbuka dengan kode saham TPIA.
Perusahaan yang bergabung yakni SMI berkedudukan di Jakarta Barat, didirikan dengan status sebagai perusahaan penanaman modal asing berdasarkan Akta Nomor 388 tanggal 23 Juni 1990.
Berdasarkan Anggaran Dasar SMI, perseroan fokus berusaha dalam bidang industri pengolahan dan perdagangan besar.
Asetnya per Juni 2020 mencapai US$ 327,79 juta atau setara dengan Rp 4,82 triliun (kurs Rp 14.700/saham), sementara aset TPIA mencapai US$ 3,29 miliar atau setara Rp 48,39 triliun sehingga total aset jika digabung menjadi Rp 53,21 triliun,
"Direksi dan Dewan Komisaris dari Chandra Asri Petrochecmical (CAP) dan SMI mempertimbangkan bahwa rencana penggabungan antara CAP dan SMI sejalan dengan tujuan bersama untuk menciptakan perusahaan petrokimia yang lebih terintegrasi di Indonesia," tulis manajemen TPIA dalam prospektus, dikutip Rabu (14/10).
"Kegiatan usahanya meliputi sebagian besar aspek rantai produksi petrokimia. Kombinasi ini akan menciptakan perusahaan yang lebih kuat dan lebih mampu bersaing dengan pemain petrokimia utama regional yang sebagian besar telah terintegrasi. Hal ini diperlukan terutama dalam menghadapi siklus industri petrokimia," tulis manajemen.
Nantinya setelah merger, pemegang saham TPIA yakni Barito Pacific 41,88%, SCG Chemicals 30,57%, Prajogo 15,07%, Marigold Resources 4,75% dan publik 7.73%.
"Rencana Penggabungan tersebut merupakan suatu Transaksi Afiliasi sebagaimana dimaksud dalam POJK No. 42/2020 dikarenakan CAP memiliki 100% saham dalam SMI."
Rencana Penggabungan akan menjadi efektif pada tanggal yang ditetapkan dalam Akta Penggabungan, yaitu 1 Januari 2021 atau tanggal lain yang disetujui oleh CAP dan SMI.
RUPSLB CAP akan dilaksanakan pada 7 Desember 2020 untuk proses persetujuan rencana ini.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Mega Merger Perusahaan Prajogo Pangestu Senilai Rp 53 T
