Kurs Dolar Singapura Jeblok Lagi, Dolar Australia Makin Mahal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 March 2022 14:25
valas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura kembali jeblok melawan rupiah, sementara dolar Australia justru semakin mahal. Alhasil, nilai tukar dolar Australia kini lebih mahal ketimbang dolar Singapura.

Kurs dolar Australia biasanya selalu lebih murah ketimbang dolar Singapura, jika lebih mahal biasanya tidak berlangsung lama. Kali terakhir dolar Australia lebih mahal ketimbang dolar Singapura pada 9 November tahun lalu, kemudian baru terjadi lagi sejak Jumat pekan lalu.

Pada perdagangan Senin (7/3) siang, dolar Singapura sempat jeblok 0,3% ke Rp 10.540/SG$, sebaliknya dolar Australia malah melesat nyaris 1% ke Rp 10.703/AU$.

Dolar Singapura sudah merosot dalam 3 hari perdagangan beruntun, sebaliknya dolar Australia melesat 4 hari beruntun.

Lonjakan harga komoditas menguntungkan bagi dolar Australia begitu juga rupiah. Hanya saja dampaknya kali ini lebih besar ke dolar Australia, sebab bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) akhirnya membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini. Sebelumnya, RBA selalu menegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga akhir 2023.

Melonjaknya harga batu bara menguntungkan Australia dan Indonesia sebagai eksportir terbesar di dunia. Tak main-main, harga batu bara kini sudah di atas US$ 400/ton, dan terus mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada ditutup di US$ 407,05/troy ons. Melonjak 13,56% dibandingkan sehari sebelumnya. Sementara sepanjang tahun ini, batu bara sudah meroket lebih dari 138%.

Sebagai eksportir terbesar kedua setelah Indonesia, lonjakan harga batu bara tersebut tentunya akan meningkatkan pendapatan negara. Selain itu, perekonomian Australia tentunya akan berputar lebih kencang.

Sejak awal tahun 2000an, perekonomian Australia ditopang oleh "commodity boom" yakni kenaikan tajam harga komoditas. Investasi di sektor pertambangan pun semakin masif, sebelum akhirnya meredup sejak tahun 2014.

Sejak tahun lalu, "commodity boom" kembali terjadi, perekonomian Australia kemungkinan akan berputar lebih kencang lagi, sehingga RBA semakin kuat diprediksi akan menaikkan suku bunga di tahun ini, apalagi inflasi sudah mencapai target.

Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

Pasar finansial bahkan memprediksi RBA bisa menaikkan suku bunga di awal Juni.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Kini Lebih Mahal dari Singapura, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular