Jelang Libur Lebaran, Dolar Australia dan Singapura Adu Murah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 April 2022 16:20
mata uang
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa hari jelang libur Hari Raya Idul Fitri nilai tukar dolar Australia dan Singapura "berlomba" murah-murahan.

Dolar Singapura sebenarnya sedang mendapat sentimen positif positif dari langkah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang mengetatkan kebijakannya pertengahan bulan lalu.

Namun, dolar Singapura justru merosot melawan rupiah. Melansir data Refinitiv, dolar Singapura kemarin jeblok 0,64% ke Rp 10.448/SG$ yang merupakan level penutupan terendah di tahun ini.

Sementara itu dolar Australia jeblok hingga lebih dari 1% ke Rp 10.261/AU$ yang merupakan level terendah dalam dua bulan terakhir.

Dolar Australia sebenarnya sempat melesat hingga nyaris menyentuh Rp 11.000/AU$ di awal bulan ini, tetapi setelahnya malah merosot hingga akhirnya lebih murah ketimbang dolar Singapura.

Baik dolar Australia maupun Singapura sebenarnya mendapat sentimen positif dari bank sentralnya, Reserve Bank of Australia (RBA) dan Monetary Authority of Singapore (MAS).
Para analis melihat pun melihat RBA akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini melihat inflasi yang meroket tinggi.

Beberapa bank besar masih mempertahankan proyeksi kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan di bulan Juni, dan akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 10 tahun terakhir.

Biro Statistik Australia (ABS) hari ini melaporkan inflasi di kuartal I-2022 melesat 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). ABS melaporkan kenaikan bahan bakar minyak dan konstruksi perumahan.

Head of Prices Statistic ABS, Michelle Marquardt mengatakan kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 2000. Kala itu pemerintah menaikkan pajak barang dan jasa.
Dilihat dari kuartal IV-2021, inflasi di Australia melesat 2,1%.

Sementara itu inflasi inti tumbuh 3,7% (yoy) jauh lebih tinggi dari estimasi Reuters sebesar 3,4%.

Inflasi tersebut sudah jauh lebih tinggi dari target bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sebesar 2% - 3%. Sehingga, suku bunga yang saat ini berada di rekor terendah 0,1% kemungkinan akan dinaikkan dalam waktu dekat.

Sementara itu MAS mengetatkan kebijakannya pertengahan bulan lalu. MAS pada Kamis (14/4/2022) mengumumkan merubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini. Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat.

Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Volatilitas dolar Singapura pun terlihat mengalami peningkatan belakangan ini.

Tidak hanya itu, MAS kini diprediksi kembali mengetatkan kebijakannya di bulan Oktober, sebab inflasi yang terus menanjak.

Sementara itu Bank Indonesia justru masih bersikap dovish dengan menyatakan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga. Meski demikian rupiah masih perkasa menghadapi dolar Australia dan Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Kini Lebih Mahal dari Singapura, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular